[EXO Fanfiction] BATHROOM -Chapter 3 : Eyes Stare

[EXO Fanfiction] BATHROOM -Chapter 3 : Eyes Stare

―BATHROOM―

bathroom-irenebaekhyun1

 ←Previous Chapter : I’m Losing You

― Chapter 3 : Eyes Stare ―

Author : Ayu Nur’asyifa Shafira (@ayushafiraa_)

Cast : Bae Joohyun as Irene, Byun Baekhyun, Oh Sehun.

Genre : AU, Gore, Kidnapping, Romance, Sad, Sadism.

Rated : R / PG-17

Length : Chaptered/Series

Disclaimer : Casts belongs to God and their real life. Inspired by ‘ROOM’ Movie. Sebenernya belum nonton filmnya sih-_- Cuma ya udah tau garis besar ceritanya aja, jadi terinspirasi 😀 Selebihnya hanya bagian dari imajinasi/khayalan saya sendiri. Sifat/sikap/kehidupan karakter di dalam cerita ini diubah untuk kepentingan dramatis cerita sehingga mungkin tidak sama dengan sifat/sikap/kehidupan karakter dalam dunia nyata.

© AYUSHAFIRAA, 2016. All Rights Reserved. Unauthorized Duplication & Plagiarism is Prohibited.

 

I love you more than anything you knows…

.

.

.

“Aktingmu bagus sekali, Oh Sehun.” puji CEO agensi yang menaungi Sehun sebagai artisnya. Pria yang sudah terlihat berumur itu kemudian bertepuk tangan, mengapresiasi usaha Sehun untuk menarik seluruh perhatian media.

“Berkat usahamu itu, saham kita melonjak naik. Mereka menaruh simpati kepadamu, artis tampan yang gagal menikah karena kekasihnya diculik namun tetap berusaha keras mencarinya.”

Sehun tersenyum miring, puas sekali rasanya mendengar ia kebanjiran pujian dari CEO agensinya secara langsung. Biasanya, mulut pria tua itu selalu mencelanya kapanpun ia melakukan kesalahan, sekecil apapun itu.

“Teruslah mencari Irene, Sehun-ah. Gadis itu bisa membuat popularitasmu semakin naik, naik, dan kemudian mengalahkan popularitas gadis itu sendiri.”

Di balik dinding ruangan CEO tersebut, seorang lelaki berpakaian serba tertutup mendengar semuanya. Lelaki itu menyeringai di balik masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya dan mulai mengatur waktu pada bom hasil rakitannya sendiri yang ia tempel tepat di dinding di mana Oh Sehun berada di baliknya.

“Lagi-lagi, sebuah hadiah untuk gadisku. Kenapa kalian begitu jujur?” gumam lelaki itu. sebuah alat perekam yang ia kendalikan telah berhasil menangkap percakapan antara Sehun dan bosnya. Percakapan yang akan membuat gadisnya percaya bahwa Oh Sehun hanyalah seorang penipu.

Lelaki itu melenggang bebas menjauh dari ruangan CEO tanpa seorangpun yang mencurigainya. CCTV? Sudah ia hack. Para penjaga keamanan? Mungkin sebagian besar sudah menjadi mayat.

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah… ia menghentikan langkahnya.

DUAR! Bunyi ledakan besar serta alarm kebakaran yang memecah keheningan itu menjadi alunan termerdu dalam hidup lelaki yang kini melepas masker penutup wajahnya, Byun Baekhyun.

“Matilah dengan damai, Oh Sehun.”

.

.

.

Rasanya seperti buta. Kau hanya bisa mendengar tanpa bisa tahu apa atau siapa sebenarnya yang membuat suara di sekelilingmu. Rasanya seperti lumpuh. Kau tak bisa bebas menggerakkan tangan dan kakimu sebebas dulu. Semua rasa itu adalah rasa yang Irene rasakan hingga detik ini.

Eomma bogoshipeoappabogoshipeo…” lirih gadis itu.

Baekhyun yang tak disadari kehadirannya oleh Irene hanya menatap wanita itu tanpa melakukan apa-apa. Irene merindukan orang tuanya, Baekhyun tahu itu. tapi jika dibandingkan dengan apapun, rasa rindu Baekhyun pada Irene setiap harinya mampu mengalahkan rasa rindu seorang Irene pada orang tuanya. Jadi, tidak ada kata ‘melepaskan’ bagi Baekhyun.

“Kau milikku.”

“Huh?” telinga Irene menangkap gumaman Baekhyun. Dari suaranya, Irene tahu lelaki itu pasti sedang berdiri di hadapannya.

“Ah, aku punya hadiah untukmu, Cantik.”

“Aku sudah dikenal tak hanya di Korea. Mereka yang mengagumi Irene perlahan tapi pasti juga mulai mengagumiku, apalagi setelah mereka tahu aku begitu setia pada gadis yang mereka puja-puja itu.” Baekhyun memutar rekaman yang ia dapat dari percakapan rahasia Sehun dan CEO agensi lelaki itu. suara Sehun, terdengar begitu jelas di telinga Irene. Terlalu jelas malah.

“Aktingmu bagus sekali, Oh Sehun.”

“Berkat usahamu itu, saham kita melonjak naik. Mereka menaruh simpati kepadamu, artis tampan yang gagal menikah karena kekasihnya diculik namun tetap berusaha keras mencarinya.”

“Teruslah mencari Irene, Sehun-ah. Gadis itu bisa membuat popularitasmu semakin naik, naik, dan kemudian mengalahkan popularitas gadis itu sendiri.”

Popularitas? Sehun memanfaatkannya?

Wanita itu terdiam, bibirnya bergetar menahan tangis. Rekaman itu akhirnya diakhiri dengan tawa –jahat– pria bersuara berat dalam rekaman.

“Kau masih percaya bahwa Oh Sehun mencintaimu?” tanya Baekhyun pada wanita yang kini ia rasa mulai menangis dalam diamnya.

Irene sangat paham perasaan seperti ini. ini bukanlah pertama kalinya. Lelaki bernama Oh Sehun itu, memang tidak pernah memulai semuanya. Tapi, fakta bahwa Oh Sehun sama sekali tak pernah menerima hatinya dengan tulus, sungguh membuat hatinya terluka.

“Aku mencintainya.”

Mwo?” Baekhyun menatap wanita di depannya dengan tatapan tak percaya. Bahkan setelah bukti yang ia miliki sangatlah jelas, Irene tetap mencintai Sehun?

“Aku yang mencintainya sejak awal. Dan sejak awal, aku tidak apa-apa dengan hal itu.”

Baekhyun mengepal tangannya kuat-kuat. Kata-kata Irene yang baru saja ia dengar seketika saja mampu membuatnya menyesal membiarkan Sehun mati dengan mudahnya.

“Seharusnya aku membunuhnya secara perlahan-lahan, seperti kata-kata bodohmu yang juga membunuhku secara perlahan.”

Ye?”

Lelaki itu mengusap wajahnya dan mulai tertawa layaknya orang gila sembari memegangi kepalanya yang terasa sakit.

“Setelah merekam percakapan mereka, aku mengebom ruangan itu.”

“LELAKI BERNAMA OH SEHUN ITU SUDAH MATI! DIA SUDAH MATI! DIA MATI DI TANGANKU! AKU MEMBUNUHNYA!” teriak Baekhyun dengan senyuman lebar yang tak tersembunyikan dari wajahnya.

“KAU TIDAK BOLEH MENCINTAI OH SEHUN! KAU HANYA BOLEH MENCINTAIKU! KAU MILIKKU!!!”

Tangan besar nan kasar lelaki itu mencengkram kuat rahang Irene. Satu tangannya lagi lelaki itu gunakan untuk mengambil pisau lipat dari saku celananya.

Slit! Pisau lipat itu terbuka.

“Hhhh… apa yang akan… kau lakukan? Hhh…” tanya Irene dengan tubuh gemetar ketakutan. Jika ia menggerakkan kepala sedikit saja, pisau lipat itu pasti sudah tertanam di mata kirinya.

Lelaki berdarah dingin itu masih terpaku. pisau lipat yang dipegangnya hanya berjarak satu senti dari mata kiri Irene. Wanita itu sudah terbutakan oleh sosok lelaki bajingan yang amat sangat Baekhyun benci, kalau begitu…

“Bukankah akan lebih baik jika kau benar-benar buta, Sayang? Atau…”

Permukaan pisau yang dingin itu kemudian menyentuh kulit leher Irene.

“Kau lebih ingin aku merobek tenggorokanmu agar kau tak bisa menyebut nama lelaki itu lagi?”

.

.

.

Pemandangan kota malam itu terlihat begitu indah dari sudut pandang salah satu kamar yang ada di lantai 5 sebuah rumah sakit besar ternama. Seorang lelaki berdiri di dekat jendela kamarnya, menatap lurus ke depan tanpa tahu apa yang sebenarnya ingin ia pandang.

Kejadian meledaknya sebuah bom di perusahaan tempatnya bekerja telah membuat kepala serta tangan kanannya mengalami luka-luka yang cukup parah.  Tak hanya itu, kejadian yang terjadi secara tiba-tiba itu pun telah berhasil menghilangkan nyawa atasannya. Oh Sehun. Lelaki itu masih bernafas dengan sosok lelaki misterius yang membayang-bayangi pikirannya.

“Tidak ada bukti CCTV, para penjaga yang sudah mati bahkan sebelum bom itu meledak. Siapa sebenarnya lelaki itu?”

Kilas balik ingatan Sehun kembali menyorot pada kejadian sore hari tadi tepat setelah dirinya melakukan pembicaraan rahasia dengan bosnya mengenai Irene. Saat lelaki itu melangkah keluar dari ruangan bosnya, ia melihat tampak belakang dari seorang lelaki yang mengenakan setelan serba hitam berdiam diri di tempat yang jaraknya agak jauh dari ruangan itu. kening sehun mengkerut.

DUAR!

Tubuh Sehun terpental saat bom meledak. Tubuhnya yang tergeletak tak berdaya pun tertimpa reruntuhan tembok yang hancur. Di akhir  kesadarannya, pandangan Sehun yang memburam hanya sanggup melihat sosok lelaki misterius itu melepaskan penutup wajahnya dan berlalu begitu saja.

“Mungkinkah…”

Mata Sehun membulat sempurna.

“Penculik dan lelaki misterius itu, pastilah orang yang sama!”

“YAK! CEPAT SELIDIKI CCTV LAIN YANG BERKEMUNGKINAN BESAR MEREKAM KEADAAN DI SEKITAR GEDUNG!”

Tuuut! Sehun menutup sambungan teleponnya.

.

.

.

Sudut bibir sebelah kiri Baekhyun tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman menyeramkan penuh arti. Televisi layar datar berukuran 32 inchi yang baru saja dibelinya terlihat menayangkan sebuah berita tentang kondisi kesehatan terkini artis Oh Sehun yang pekan lalu menjadi korban teror bom di gedung agensinya sendiri. Kesehatan Oh Sehun dalam berita itu, dikatakan semakin membaik. Bahkan dalam beberapa hari kedepan, artis muda yang baru berumur 22 tahun itu sudah diperbolehkan pulang.

“Beruntunglah kau masih hidup, Oh Sehun.” gumam Baekhyun seraya meraih gelas kristal berisi koktail berwarna oranye dengan tangan kanannya yang dibalut perban.

PRANG!

Gelas kristal itu hancur dalam genggaman kuat lelaki itu hingga kembali melukai tangannya yang terluka.

“Senang mendengarmu baik-baik saja. Dengan begitu, aku bisa kembali mengatur rencana kematian tragis seperti apa yang lebih cocok untuk lelaki penipu sepertimu…”

Baekhyun berbalik mengganti arah pandangannya ke arah wanita yang terbaring tak berdaya di ranjang besarnya yang kusut. Tubuh wanita itu lagi-lagi dipenuhi luka lebam akibat kekerasan yang dilakukannya saat menyetubuhi wanita itu secara paksa. Untuk pertama kalinya, lelaki itu berani membawa Irene keluar dari kamar mandi.

Lelaki itu tersenyum menatap wanitanya dengan tatapan lembut. Mata wanita itu masih tertutupi lilitan kain hitam. Setelah memakaikan pakaian yang layak untuk wanitanya, perlahan tapi pasti, Baekhyun membuka satu persatu ikatan yang mengikat kedua tangan Irene di pinggiran ranjang.  Ia mengangkat tubuh lemah wanita itu dan membawanya kembali ke ruangan lembab yang pertama kali menyatukan mereka.

Trek! Baekhyun kembali memborgol kedua tangan Irene ke pinggiran besi di kamar mandi. Kedua kaki Irene pun tak luput dari ikatan tali yang Baekhyun ikatkan kuat-kuat.

“Kau milikku. Kau tidak boleh pergi ke manapun tanpa seijinku. Kau tidak boleh menambatkan hatimu kepada siapapun selain aku, tanpa seijinku. Bahkan kematian pun, tak boleh merenggutmu dari sisiku, tanpa seijinku.”

“Irene-ah, aku mencintaimu lebih dari apapun yang kau tahu.”

.

.

.

“Apa sampai aku mati, aku akan tetap berada di sini? Apa aku, tidak Tuhan ijinkan untuk melihat dunia luar dan menjalani hidup seperti orang normal lagi?” lirih Irene putus asa.

Oppa… sampai kapan aku harus menunggumu menyelamatkanku? Bogoshipeo…”

Ingatan Irene kembali memutar cerita awal bagaimana dirinya dan Oh Sehun bisa menjalin kasih asmara sejak 2 tahun yang lalu. Saat itu, Irene yang sudah kelewat populer hampir saja menghempaskan tubuhnya dari lantai teratas sebuah gedung perusahaan penyiaran di korea selatan karena tekanan yang diterimanya dari berbagai pihak. Namun, lelaki itu datang. Ya, Oh Sehun.

“YAK! APA KAU SUDAH GILA?!” lelaki itu menarik tubuh Irene ke dalam dekapannya. Tubuh kecil gadis itu bergemetar hebat, matanya tak sanggup menatap mata lelaki yang kini menatapnya begitu tajam.

“APA KAU AKAN MENYERAH BEGITU SAJA HANYA KARENA HAL REMEH MACAM ITU?!”

“COBA KAU PIKIRKAN BERAPA TAHUN YANG KAU HABISKAN UNTUK SAMPAI DI TITIK INI, HUH?! DAN SEKARANG, SETELAH KAU MENDAPATKAN SEMUANYA, KAU AKAN MENYERAH?”

“KAU TIDAK TAHU COBAAN SEPERTI APA YANG KUHADAPI! BERHENTI BERSIKAP SEPERTI KAU YANG PALING BENAR!” teriak Irene di depan lelaki yang memegang kedua bahunya kuat-kuat itu.

“Aku iri.”

“Ye?”

“Aku iri padamu, Bae Irene.” Ucap lelaki itu. “Kau bisa dengan mudah mendapat popularitas bahkan hingga ke seluruh Asia. Sementara aku? semua jalan seolah tertutup untukku. Aku bahkan bisa memastikan kau sama sekali tidak mengenalku bukan? Aku seorang artis yang gagal terkenal bahkan di negaraku sendiri. Aku ingin seperti dirimu. Tapi mengetahui kau begitu lemah seperti ini, aku benci itu.”

“Coba kau pikirkan lagi, berapa banyak orang yang ingin berada di posisimu tapi mereka tak mampu? Kau harus mempertahankannya, bukan malah menyerah. Kau juga harus ingat, bahwa semakin tinggi sebuah pohon, maka akan semakin besar angin yang menerpanya.”

Irene mencintainya. Irene mencintai Oh Sehun sejak pandangan pertama, sejak hari itu. Sehun menyadarkan Irene dan memberi kekuatan lebih pada gadis itu untuk menghadapi setiap masalah yang muncul dalam kesehariannya sebagai seorang model terpopuler.

“Aku menyukaimu, Oh Sehun.”

Sampai sekarang pun, akan tetap begitu.

Oppa bogoshipeo… aku ingin bertemu denganmu lagi…” Airmata wanita itu membasahi kain penutup matanya.

“Ugh…”

Perut Irene terasa melilit seperti diaduk-aduk, keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya. Rasanya, ia ingin sekali mengeluarkan seluruh isi perutnya saat itu juga.

“Huek…” pusing, mual dan ingin muntah.

“Huek…” Oh, ya Tuhan, apa dia sakit?

DEG!

Sudah tanggal berapa ini? bulan apa?

“Tidak mungkin…”

.

.

.

Malam itu, Baekhyun melangkah ke luar dari ruangan pribadinya dengan membawa sebuah pigura di tangan kirinya. Setiap kali matanya tertangkap tengah melihat foto di pigura itu, sebuah senyuman terukir di bibirnya tanpa ia sadari.

Bulan yang menyorot ke arah kamarnya dari jendela balkon tampak bersinar begitu terang. Jemari lelaki itu mengusap pigura yang dipegangnya dari debu-debu yang menempel.

Eomma… kalau aku jatuh cinta pada Joohyun Nuna, tidak apa-apa kan? Appa… kau juga tidak akan memarahiku kan?”

.

.

.

To be continued…

147 pemikiran pada “[EXO Fanfiction] BATHROOM -Chapter 3 : Eyes Stare

Tinggalkan komentar