[EXO Fanfiction] BATHROOM -Chapter 4 : Meet The Destiny

[EXO Fanfiction] BATHROOM -Chapter 4 : Meet The Destiny

BATHROOM

←Previous Chapter : Eyes Stare

― Chapter 4 : Meet The Destiny ―

Author : Ayu Nur’asyifa Shafira (@ayushafiraa_)

Cast : Bae Joohyun as Irene, Byun Baekhyun, Oh Sehun.

Genre : AU, Gore, Kidnapping, Romance, Sad, Sadism.

Rated : R / PG-17

Length : Chaptered/Series

Disclaimer : Casts belongs to God and their real life. Inspired by ‘ROOM’ Movie. Sebenernya belum nonton filmnya sih-_- Cuma ya udah tau garis besar ceritanya aja, jadi terinspirasi 😀 Selebihnya hanya bagian dari imajinasi/khayalan saya sendiri. Sifat/sikap/kehidupan karakter di dalam cerita ini diubah untuk kepentingan dramatis cerita sehingga mungkin tidak sama dengan sifat/sikap/kehidupan karakter dalam dunia nyata.

© AYUSHAFIRAA, 2016. All Rights Reserved. Unauthorized Duplication & Plagiarism is Prohibited.
I love you more than anything you knows…

.

.

.

Malam itu, Baekhyun melangkah ke luar dari ruangan pribadinya dengan membawa sebuah pigura di tangan kirinya. Setiap kali matanya tertangkap tengah melihat foto di pigura itu, sebuah senyuman terukir di bibirnya tanpa ia sadari.

Bulan yang menyorot ke arah kamarnya dari jendela balkon tampak bersinar begitu terang. Jemari lelaki itu mengusap pigura yang dipegangnya dari debu-debu yang menempel.

Eomma… kalau aku jatuh cinta pada Joohyun Nuna, tidak apa-apa kan? Appa… kau juga tidak akan memarahiku kan?”

“Baekhyun-ah! Berhenti menjahili kakakmu!” omelan sang ibu masih terngiang jelas di telinga Baekhyun.

Saat itu… Baekhyun masih berumur 8 tahun. Ya, saat itu…

“Yak! Berhenti di sana! Kenapa kau terus menggangguku, Byun Baekhyun?!” Byun Joohyun, kakak perempuan yang hanya berselisih 1 tahun 2 bulan dari Byun Baekhyun itu mencoba mengejar adiknya yang kabur setelah secara sengaja menumpahkan jus stroberi ke buku tugasnya.

“Kejar saja kalau Nuna berani!” tantang Baekhyun sembari menjulurkan lidahnya.

“Awas saja! kalau kau kutangkap, aku takkan pernah mengampunimu!”

BREG! Rengkuhan itu…

“Hah! Mau ke mana kau sekarang, anak nakal?!”

PLETAK! PLETAK! PLETAK!

Jitakan Joohyun mampu membuat si empunya kepala meringis kesakitan. Ayah dan ibu yang memperhatikan tingkah mereka pun hanya tertawa geli melihatnya.

“Ampuni aku, Nuna! Aku tidak mau mati! Aku masih muda!”

“Baguslah kalau kau akhirnya menyerah. Buku tugasku, bagaimana caramu menggantinya?!”

“Eummm…”

CHU! Baekhyun mengecup bibir Joohyun dan langsung kembali mengambil seribu langkah pasti, kabur terbirit-birit seolah takut ‘monster’ itu akan menangkapnya lagi.

Eomma…” panggil Joohyun pada sang ibu yang duduk di kursi mobil depan bersama sang ayah yang sedang menyetir.

“Kalau aku sudah besar, aku ingin menjadi model terkenal bagaimanapun caranya!”

“Kenapa Nuna tiba-tiba ingin menjadi model? Difoto saja jarang!” ucap Baekhyun lalu mengemut permen lolinya dengan wajah tanpa dosa.

“Yak! Awas saja kalau nanti kau jatuh cinta padaku! Aku tidak akan mau menerima cintamu!”

“Sudah! Sudah! Kalian ini kenapa ribut terus sih? Adik kakak kan seharusnya saling menyayangi!” ujar sang ibu menasehati.

Ayah mereka kemudian tersenyum,

Uri Joohyun-ie pasti akan sangat cantik jika sudah besar nanti. Apa Uri Baekhyun-ie yakin tidak akan jatuh cinta pada Nuna eoh?”

Baekhyun kecil berpaling menatap kakaknya lekat-lekat, “Kalau nanti Nuna benar-benar menjadi terkenal, aku akan ada di barisan terdepan sebagai penggemarmu!”

“Kau janji?” Joohyun mengacungkan kelingkingnya. Kelingking Baekhyun pun menyambut kelingking sang kakak dan saling menautkan kelingking mereka satu sama lain. “Janji!”

“Aku jatuh cinta pada Nuna, Appa. Kau senang kan? Sekarang, Nuna kembali bersamaku. Aku bisa menjaga Nuna lagi. dan aku… tidak akan pernah mau kehilangannya lagi.”

Baekhyun kembali teringat akan kejadian tragis yang dengan tega-teganya membuat ia harus hidup sebatangkara di rumah sebesar ini 10 tahun yang lalu tepat saat ia berulang tahun yang ke-14.

Sore itu, ayah dan ibunya berjanji akan cepat kembali setelah menjemput Joohyun dari tempat lesnya. Namun, hujan yang begitu deras disertai petir yang menyambar membuat kepulangan orang-orang yang ia kasihi itu terasa begitu terlambat.

“Keluargamu mengalami kecelakaan, mobil yang mereka tumpangi bertabrakan dengan sebuah truk pengangkut air. Ayah dan ibumu dalam kondisi kritis di rumah sakit karena mengalami luka-luka yang cukup parah. Sementara saudarimu, Byun Joohyun, ditemukan meninggal dunia namun kemudian jasadnya menghilang entah ke mana. Tapi tenanglah, kami akan segera mencari dan menemukannya untukmu.”

Ucapan para detektif itu, semuanya bohong. Saat Baekhyun berlari di lorong rumah sakit, kedua orang tuanya sudah meninggal. Lalu, apa mereka mencari dan menemukan jasad Joohyun? tidak! Mereka bilang, mereka sudah berusaha namun usaha mereka sama sekali tak membuahkan hasil dan kakaknya tak pernah ditemukan.

“Kalau aku sudah besar, aku ingin menjadi model terkenal bagaimanapun caranya!”

Suara ceria itu masih terngiang di telinga Baekhyun. Joohyun yang begitu ingin menjadi model terkenal pasti akan menghalalkan segala cara untuk meraih mimpinya itu. Dia, gadis itu, terkenal sebagai Bae Irene, bukan Byun Joohyun lagi. Tapi, Baekhyun jelas tahu siapa kakaknya.

Hanya dengan mendapat sedikit operasi plastik dan mendapat sedikit polesan make up di wajah, Joohyun bisa menjadi secantik itu. Setelah 7 tahun tak pernah bertemu, Baekhyun akhirnya bisa kembali memandangi wajah sang kakak meski dari jarak yang tidak dekat sebagai seorang penggemarnya, ya, seperti janjinya dulu. Baekhyun menepati janjinya.

Kalau bukan karena seorang detektif bernama Terrance Bae, Baekhyun pasti tidak akan pernah bisa bertemu dengan Joohyun lagi. Tapi, karena keserakahan detektif bule itu juga yang mengambil Joohyun dari hidupnya, ia harus hidup seperti orang lain di depan kakaknya sendiri.

“Ah,” Baekhyun tersadar dari lamunan kenangan pahitnya.

“Aku sampai lupa pada pak tua yang satu itu.”

Pigura yang semula ia genggam begitu erat, kini sudah kembali tersimpan di tempatnya. Tangan lelaki itu mengambil masker hitam dari laci di ruangan pribadinya.

“Bukankah, aku harus mengucapkan terimakasih padanya juga karena telah merawat Joohyun-ku dengan baik?”

.

.

.

Sehun berjalan perlahan memasuki kamar Irene di rumah keluarga gadis itu. kamar bernuansa serba merah muda itu di hiasi oleh berbagai hiasan dan beberapa foto. Satu yang sangat menarik perhatian mata lelaki itu.

Fotonya bersama sang kekasih, Bae Irene, terpampang jelas di dinding di dekat tempat tidur gadis itu. Tepat di sebelah foto tersebut, sebuah papan tulis putih berukuran kecil memperlihatkan tulisan Irene yang bahagia menjelang hari pernikahannya dengan Sehun.

‘Aku akan menikah! Lelaki itu… Oh Sehun! aku akan menikah dengannya! Aaaa~ aku senang sekali! Aku tak bisa menuliskan seberapa bahagianya aku menunggu hari yang sakral itu! Oh Sehun yang kucintai dan aku yang mencintai Oh Sehun akan menyatu pada hari itu. Tidak ada lagi ‘aku’ atau ‘dia’, yang ada hanyalah ‘kami’. Aku sangat mencintainya~ sampai kapanpun, dialah orangnya~ –I.B^^’

“Sudah berapa lama sejak kau menghilang, Irene-ah?” tangan Sehun menyentuh wajah Irene yang ada di foto itu.

“Aku tak pernah membuka kamar ini lagi semenjak penculik bajingan itu menculik Irene. Aku… selalu menganggap kalau ia tidak pulang karena ia sedang berada di luar negeri karena tuntutan pekerjaannya. Atau, ia sedang tertidur di sini dan tak ingin diganggu untuk sementara waktu. Aku selalu menganggap begitu.”

“Aku pasti akan menemukan bajingan itu, Ayah. Bajingan yang merusak kebahagiaanku bersama Irene, aku berjanji akan membawanya ke hadapanmu.” Ucap Sehun pada pria paruh baya blasteran inggris-korea yang tak lain adalah ayah Irene, Terrance Bae. Tangan lelaki itu terlihat mengepal kuat.

“Maafkan aku yang sudah sangat tua ini, Sehun-ah. Jika aku bisa menangani kasus orang lain, seharusnya aku juga bisa menangani kasus penculikan putriku sendiri. Aku memang seorang ayah dan mantan detektif yang tua renta dan tidak berguna.” Rutuk Terrance pada dirinya sendiri.

Drrt… drrrttt…

Ponsel dalam saku celana Terrance bergetar. Sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal.

Yeoboseyo?” Terrance mengangkat telepon itu.

“Kau memang pria tua renta yang tidak berguna, Tuan Terrance. Kau mengakuinya sebagai putrimu, tapi ketika ia hilang, kau tak berusaha mencarinya. Orang tua macam apa kau ini? ah, tunggu dulu, apa kau pantas disebut sebagai orang tua? Kurasa tidak.”

“Yak! Siapa kau?! Kenapa kau bisa tahu nomor teleponku?!”

“Benar dugaanku. Kau hanya mementingkan dirimu sendiri, Tuan Terrance. Aku pikir, setidaknya aku akan mendengar kalimat kekhawatiran palsu dari mulutmu tentang kondisi putrimu, tapi ternyata… ck! Aku ingin tertawa dan menutup telinga putrimu rapat-rapat agar ia tak bisa mendengarnya.”

“Siapa itu, Ayah?”

“Yak! Bajingan keparat! Di mana kau sembunyikan putriku?! Cepat katakan atau aku akan membunuhmu!” ancam Terrance yang sudah kepalang geram.

“Wow! Kau menakutiku, Tuan! Tapi, bagaimana bisa kau membunuhku kalau ternyata kau dan lelaki muda yang sama-sama penipu itu akan mati lebih dulu?”

“Apa kau bilang?!”

“Selamat menikmati sisa hidupmu yang singkat itu, Detektif Bae.” TUUUUTTT!

“BAJINGAN SIALAN!”

“Penculik itu menghubungimu, Ayah?!” tanya Sehun panik.

“Bantu aku melacak nomor ponsel ini, Oh Sehun!”

.

.

.

Gadis itu mengunyah dengan ragu-ragu makanan yang penculiknya suapkan ke mulutnya. Sudah lebih dari 3 bulan ia dikurung dalam ruangan lembab dengan mata tertutup dan tak sanggup mengingat wajah penculiknya hingga detik ini. sempat terpikir olehnya, apa penculik juga memiliki hati nurani? Lelaki yang menculiknya itu sama sekali tak pernah mengungkit-ungkit masalah besarnya uang tebusan yang harus dibayar keluarganya agar ia bisa dibebaskan. Tidak pernah, sama sekali.

“Kau makan saja yang benar, aku tidak menaruh racun atau semacamnya dalam makanan ini.”

Uhuk! Ia tersedak.

“Ini, minumlah.” Lelaki itu memberinya minum untuk membasahi tenggorokannya.

“A-apa yang akan kau lakukan jika aku hamil?”

Uhuk! Kini pertanyaannyalah yang membuat penculik itu tersedak.

“Aku tetap tidak akan pernah melepasmu.” Baekhyun, lelaki itu menyuapi sendok terakhir ke mulut Irene dengan pikiran yang sedikit terbebani setelah mendengar pertanyaan tadi.

“Lalu, jika tiba saatnya aku melahirkan, kau tidak akan membiarkanku mendapat pertolongan medis?” tanya Irene lagi.

“Apa yang kau bicarakan? Berhentilah bertanya hal-hal seperti itu kalau kau hanya berandai-andai!”

Baekhyun beranjak, hendak meninggalkan ruangan lembab nan dingin itu, namun baru saja beberapa langkah, langkahnya terhenti.

“Aku hamil.”

Lelaki itu berpaling ke belakang, menatap gadis yang saat ini menundukkan kepalanya. Tangan gadis itu yang masih terborgol terlihat gemetar.

“Kau bercanda?”

“Untuk apa aku bercanda? Kau bukan seseorang yang bisa dengan mudahnya tertawa hanya karena lelucon yang tidak lucu bukan?”

“Kau yang memperkosaku berkali-kali. Kau harusnya tahu kalau kemungkinan untukku bisa mengandung anakmu itu akan semakin besar jika kau melakukannya berulang-ulang. Aku tahu kau bukan lelaki yang bodoh.” Lanjut gadis itu.

Baekhyun melangkah mendekati Irene, lalu berbisik tepat ke telinganya.

“Seperti yang aku katakan beberapa saat yang lalu, aku tetap tidak akan pernah melepasmu.”

Irene mulai berpikir, apa keputusannya memberitahu lelaki itu tentang kehamilannya adalah keputusan yang tepat? Atau justru, keputusannya itu akan membawanya pada kematian yang dulu sangat ia inginkan?

Tanpa Irene sadari, Baekhyun tersenyum. Lelaki itu bahagia mendengar Irene mengandung bayinya. Meski harus dengan cara yang bengis seperti ini, setidaknya Baekhyun bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki wanita itu seutuhnya.

Trek!

Tangan Irene akhirnya terbebas dari borgol setelah lelaki itu membuka kuncinya. Tak hanya itu, lelaki itu pun membuka lilitan kain yang menutupi mata Irene hingga Irene bisa kembali membuka mata dan melihat ke sekelilingnya.

Irene menatap mata elang Baekhyun yang hanya berjarak beberapa senti dengannya. Lelaki itu kemudian mengecup bibirnya lembut sebelum akhirnya kembali menguncinya dalam ruangan lembab itu.

“Dia…”

.

.

.

To be continued….

156 pemikiran pada “[EXO Fanfiction] BATHROOM -Chapter 4 : Meet The Destiny

Tinggalkan komentar