[EXO Fanfiction] BATHROOM -Chapter 7 : Hello, Goodbye

[EXO Fanfiction] BATHROOM -Chapter 7 : Hello, Goodbye

BATHROOM

←Previous Chapter : I Remember You

― Chapter 7 : Hello, Goodbye ―

Author : Ayu Nur’asyifa Shafira (@ayushafiraa_)

Cast : Bae Joohyun as Irene, Byun Baekhyun, Oh Sehun, Aleyna Yilmaz as Byun Yena.

Genre : AU, Gore, Kidnapping, Romance, Sad, Sadism.

Rated : R / PG-17

Length : Chaptered/Series

Disclaimer : Casts belongs to God and their real life. Inspired by ‘ROOM’ Movie. Sebenernya belum nonton filmnya sih-_- Cuma ya udah tau garis besar ceritanya aja, jadi terinspirasi 😀 Selebihnya hanya bagian dari imajinasi/khayalan saya sendiri. Sifat/sikap/kehidupan karakter di dalam cerita ini diubah untuk kepentingan dramatis cerita sehingga mungkin tidak sama dengan sifat/sikap/kehidupan karakter dalam dunia nyata.

© AYUSHAFIRAA, 2016. All Rights Reserved. Unauthorized Duplication & Plagiarism is Prohibited.

I love you more than anything you knows…

.

.

.

Di sore hari yang mulai dingin itu, Yena berjalan sendirian menyusuri jalan yang entah akan membawanya ke mana. Badut beruang besar yang membuatnya begitu tertarik hingga lepas dari jangkauan sang ayah menghilang setelah memasuki sebuah gang kecil dan baru pada saat itulah Yena tersadar, ia telah berada sangat jauh dari ayahnya.

Ahjussi,” panggil Yena pada seorang paman berkaki panjang di depannya dengan suara serak hampir menangis.

“Maukah Ahjussi mengantar Yena pulang ke rumah?”

Paman berkaki panjang itu melepas kacamatanya untuk melihat lebih jelas tangan kecil siapa yang menggenggam tangannya begitu erat. Paman berkaki panjang itu sialnya adalah Oh Sehun, mantan calon suami ibu Yena dan satu-satunya lelaki yang sangat dibenci oleh ayah Yena. Namun keduanya sama-sama tak tahu, baik Sehun maupun Yena, mereka tidak tahu apa-apa tentang satu sama lain.

“Hei anak manis, kenapa kau sendirian? Di mana orang tuamu, hm?” tanya Sehun lembut pada Yena, lelaki itu berjongkok, mensejajarkan tinggi badannya dengan gadis kecil yang masih menggenggam erat tangannya.

“Yena nakal, Ahjussi. Yena mengikuti badut beruang dan sekarang Yena kehilangan Appa. Yena tidak tahu Appa di mana.” Yena mulai menangis tersedu di hadapan Sehun, membuat Sehun pun tak bisa menghilangkan rasa ibanya.

Sehun tersenyum, “Jadi namamu Yena? Ahjussi bisa memanggilmu Yena?”

Yena mengangguk.

“Kalau begitu, Yena, di mana rumahmu? Ahjussi akan mengantar Yena pulang, tapi ada syaratnya!”

“Apa itu?” tanya Yena sambil menyeka airmata dan mengatur kembali nafasnya.

“Temani Ahjussi makan dulu ya? Ahjussi lapar sekali.”

Ne! Ahjussi!” balas Yena sangat antusias. Gadis itu seketika dapat kembali ceria dan mulai melupakan kesedihannya berkat kebaikan hati si paman berkaki panjang, Oh Sehun.

Sehun yang saat itu memang sedang berjalan-jalan sendirian dengan pakaian tertutup ―agar tak dikenali para penggemarnya― demi menghilangkan rasa jenuh serta sakit kepalanya akhirnya menemukan moodbooster yang bisa membangkitkan semangat dan mengundang tawanya. Kalau dipikir-pikir, rasanya aneh sekali bagi seorang Oh Sehun untuk bisa merasa nyaman dengan anak kecil. Biasanya bagi Oh Sehun, anak kecil itu selalu rewel, nakal, dan tak mau diatur, hanya bisanya membuat darah tinggi saja.

Yena duduk dengan tenang di sofa sebuah kafe, menghadap ke arah Sehun dan juga susu cokelat panasnya. Sementara itu, Sehun menopang dagu dengan tangan kirinya, tersenyum sendiri, memperhatikan betapa imutnya gadis kecil yang sampai detik ini belum menyentuh sedikitpun susu cokelat panasnya padahal ekspresi wajahnya tak dapat memungkiri kalau ia ingin sekali meminum minuman yang dibelikan Sehun.

“Kenapa tidak Yena minum susunya? Nanti dingin, lho!”

“Jadi Yena boleh minum susunya sekarang?” tanya Yena pada Sehun, tak lepas dari logat khas anak kecil seusianya.

“Tentu saja! Ahjussi membelikan susu itu kan untuk Yena minum.” Jelas lelaki itu sambil mencubit gemas hidung Yena.

“Kalau begitu, Yena minum ya, Ahjussi?”

“Ya, minumlah pelan-pelan!”

Gadis kecil itu pun meneguk susu cokelatnya pelan-pelan sesuai perintah Sehun. Dilihat dari reaksi Yena setelah meminumnya, rasa susu cokelat panas itu pasti enak sekali.

Ghamsahamnida, Ahjussi!” ucap Yena berterimakasih.

Drrrtt… drrrtt…

Ponsel dalam celana jeans Sehun bergetar, sebuah telepon dari sang ibu tercinta.

Yeoboseyo, Eomma?”

Sehun-ah, Ayahmu…” suara di seberang sana terdengar begitu resah.

Sehun mengerutkan keningnya, “Kenapa dengan Abeoji?”

Dia tiba-tiba pingsan dan sekarang sedang di rawat di rumah sakit. kau cepatlah ke mari!

Lelaki itu menatap Yena yang terus memandang ke arah luar jendela kafe. Hari sudah mulai gelap, gadis kecil itu pasti ingin segera pulang, bertemu dengan orang tuanya.

Arasseo, Eomma. Aku akan segera ke sana.”

Setelah Sehun menutup telepon dari ibunya, jari-jari Sehun mulai bergerak cepat mencari kontak sang manajer.

Hyungnim, bisakah kau membantuku?”

.

.

.

“Yak, anak kecil! Kenapa kau tenang sekali? Biasanya anak seumuranmu cerewet dan sangat merepotkan.” Ucap manajer Sehun pada Yena yang sedaritadi hanya duduk dengan tenang di sebelahnya sambil memandang ke luar jendela mobil.

Mobil yang dikemudikan langsung oleh sopir pribadi Oh Sehun yang membawa sang manajer dan Yena di dalamnya itu sedang melaju dengan kecepatan normal menuju rumah Yena yang jaraknya lumayan jauh dari pusat kota.

“Yena tidak boleh merepotkan orang lain, Ahjussi. Kalau Yena merepotkan orang lain, Yena berarti anak yang nakal, Yena tidak mau jadi anak nakal.” Jelas si kecil imut itu yang langsung membuat manajer Sehun berdehem, tak berkata-kata lagi.

“Kita sudah sampai, Tuan.” Ujar sang sopir. Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai juga di halaman depan rumah Yena yang sangat luas.

Daebak! Kau yakin ini rumahmu, gadis kecil?” Manajer Sehun berdecak kagum ―sedikit tak percaya.

Yena mengangguk. Tangan kecilnya bergerak membuka pintu mobil dan langsung berlari-lari ke arah rumahnya.

Manajer Sehun menyusul Yena sembari tersenyum, “Dia bersemangat sekali! Pantas saja si bodoh Sehun menyukainya!”

EOMMA! APPA! YENA PULANG!” seru Yena di depan pintu rumahnya, berteriak keras-keras mengingat tangannya tak mampu mencapai bel rumahnya yang tinggi.

Ahjussi, bisakah Ahjussi menekan belnya? Tenggorokan Yena sakit.”

Arasseo! Arasseo! Akan kutekan belnya!” ucap manajer Sehun dengan terpaksa, pria itu merutuk dalam hatinya sendiri tentang dirinya yang tiba-tiba harus menjadi pesuruh seorang gadis kecil yang tak dikenalnya.

Ting tong!~ Ting tong!~ ting tong ting tong ting tong!~ manajer Sehun terus menekan bel, tak sabaran.

EOMMA!”

Yena menghambur memeluk tubuh sang ibu yang membukakan pintu, sementara pria yang telah mengantarnya pulang ke rumah terdiam seribu bahasa, tak percaya dengan apa yang saat ini dilihatnya.

Wanita itu jelas Bae Irene, siapa yang tak mengenalnya? Dan gadis kecil bernama Yena itu memanggil Irene ‘Eomma’? Oh Tuhan, yang benar saja! Wanita itu menghilang hampir 5 tahun lamanya, tidak ada satu orang pun yang tahu di mana keberadaannya, dan tiba-tiba saja ia sudah menjadi seorang ibu?!

“Yena ke mana saja? Appa pasti masih mencari Yena sekarang.” Irene menatap putrinya yang sempat hilang seperti apa yang dikatakan Baekhyun via telepon ke telepon rumah mereka.

Appa masih belum pulang?!”

“Kalau begitu, saya permisi pulang dulu. Tolong jaga putri anda baik-baik ke depannya.” Ucap manajer Sehun berpamitan. Entah lupa atau bagaimana, yang pasti Irene sama sekali tak menyadari kalau pria itu adalah pria yang berhubungan sangat dekat dengan Oh Sehun.

“Terimakasih banyak sudah mengantarkan putri saya! Saya benar-benar berhutang budi pada anda, Tuan.”

Irene menggendong Yena dengan tangan sebelah kanannya sementara menunggu mobil pria yang telah berjasa mengantarkan putrinya itu luput dari pandangannya.

“Ayo kita masuk, sayang! Kita harus cepat-cepat memberitahu Appa agar Appa bisa cepat pulang.”

DEG! Setelah memutar balik tubuhnya, Irene tak mengambil langkah lagi.

“Pria itu…”

“…akankah pria itu mengenaliku?”

.

.

.

Malam itu, Sehun yang baru keluar dari ruangan rawat ayahnya langsung dihampiri oleh sang manajer yang terlihat berjalan dengan tergesa-gesa.

“Ah! Oh Sehun! Oh Sehun! Oh Sehun!” panggil sang manajer yang kemudian berdiri tepat di hadapan Sehun, menghalangi lelaki muda itu yang hendak mengambil langkah.

Waeyo?” tanya Sehun malas.

Manajer Sehun menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara panjang lebar seputar ceritanya yang mengantarkan Yena pulang dari awal hingga akhir, “Dan kau tahu, BAE IRENE ADA DI RUMAH GADIS KECIL ITU!”

Mwo?! Kau yakin?! Jangan mencoba untuk membohongiku soal Irene, Hyungnim!”

“Aku serius, Oh Sehun!” ucap sang manajer penuh penekanan. Dari cara berbicara pria yang lebih tua darinya itu, Sehun tahu, manajernya pasti sudah sangat yakin dengan apa yang dikatakannya.

“Aku tidak mau tahu, besok pagi kita harus pergi ke rumah itu bersama polisi! Aku ingin segera… membalaskan dendamku pada siapapun yang telah menghancurkan kebahagiaanku!” tangan Sehun mengepal kuat.

.

.

.

Puk… puk… puk…

Baekhyun memberi pukpukan lembut pada bahu Yena yang kini sudah terlelap dalam tidur dengan posisi menyamping menghadap dirinya. Suara Baekhyun yang begitu merdu saat meninabobokan Yena mampu mengantar Yena ke alam mimpi indah gadis seusianya.

“Yena… jangan nakal lagi, ya? Jangan buat Appa khawatir lagi. Untung saja Yena bertemu dengan orang baik yang tidak berniat jahat pada Yena, Yena tidak boleh menghilang lagi dari pandangan AppaAppa sangat menyayangi Yena.”

Chu~ Baekhyun mengecup kening putrinya.

“Tadi Yena bertemu dengan seorang ahjussi berkaki panjang yang baik sekali, lho, Appa! Ahjussi itu bahkan membelikan susu cokelat untuk Yena! Tadinya, Ahjussi itu yang mau mengantar Yena pulang, tapi tidak tahu kenapa, Ahjussi itu tiba-tiba menyuruh temannya untuk mengantar Yena pulang.”

Lelaki itu sudah terlalu senang sampai akhirnya ia melupakan fakta bahwa ada seseorang lain yang mendatangi rumahnya ini saat ia tak ada. Dada lelaki itu seketika saja terasa sesak. Kalau ia tak ada, siapa lagi yang bisa menerima tamu selain Irene?!

Aniyo, andwae…” Baekhyun berusaha mengelak,

“Irene hanya milikku, aku memilikinya, dia tidak boleh pergi dari sisiku!”

Baekhyun bangkit dari posisinya, bergerak cepat mencari Irene yang entah sedang berada di sudut mana di antara sekian banyak ruangan tak terpakai di rumah besarnya.

“Kau sudah tahu kalau seseorang telah datang ke rumah ini, tapi kau tidak menceritakannya padaku!”

Irene berbalik, matanya menangkap sorot mata Baekhyun yang begitu tajam dengan dada lelaki itu yang bergerak naik turun.

“Ah itu… aku, aku takut kau akan marah lagi, Baekhyun-ssi.” aku Irene.

“Lalu kau pikir, jika aku tahu hal itu dari Yena, aku tidak akan marah, begitu?!” tanya Baekhyun, tangannya kini sudah mencengkram kuat pergelangan tangan kanan wanita itu.

“Aku-“

Tanpa mau mendengar penjelasan lebih dari Irene, Baekhyun menarik kasar Irene ke ruangan di mana seharusnya wanita itu berdiam diri dengan tenang, ya, ruangan itu pastilah kamar mandi bawah tanah. Ruangan lembab serta kedap suara itu dirasa sangat sempurna bagi Byun Baekhyun menyembunyikan Irene.

“Bagaimanapun… aku tidak ingin kau meninggalkanku.”

Irene menatap Baekhyun tak percaya sebelum akhirnya lelaki itu menghilang di balik pintu kamar mandi yang perlahan mulai menutup.

“Baekhyun-ah, sebenarnya apa yang telah membuatmu menjadi seperti ini?”

.

.

.

Wanita itu terduduk di atas kloset duduk sembari memeluk lututnya. Semalaman matanya tak terpejam sama sekali. Hatinya gundah gelisah dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi ia berharap bisa hidup bebas seperti sedia kala, tapi di sisi lain, ada suatu rasa yang menyesakkan dadanya setiap kali ia memikirkan kalau suatu saat nanti ia tak bisa lagi menjalani hidup bersama Baekhyun.

BRAK!

Pintu kamar mandi ruang bawah tanah itu terbuka secara paksa. Mata Irene membulat sempurna, tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang ini. Beberapa orang polisi yang membawa senjata lengkap itu akhirnya berhasil menemukannya setelah sekian lama.

“Lapor! Nona Irene sudah kami temukan. Dia bersama kami. Kami menemukannya di sebuah kamar mandi yang kelihatannya sudah tak terpakai di ruang bawah tanah.”

“Cepat bawa dia keluar! Pastikan dia baik-baik saja!”

Ini bukan mimpi. Polisi-polisi itu benar-benar telah menemukan keberadaannya dan mengulurkan tangan untuk menyelamatkannya dari jeratan sang penculik. Tangan gemetar penuh ragu milik Irene itu akhirnya meraih uluran tangan seorang polisi, menyambut kebebasannya.

Eomma!” panggil Yena dengan airmata yang membasahi pipinya. Gadis itu terus menempel tak mau lepas dari genggaman tangan sang ayah yang sudah ditodong beberapa senjata api oleh para polisi yang jumlahnya lebih dari sepuluh.

DEG! Panggilan dan tangisan Yena seolah menghantam keras dinding kebebasan Irene hingga hancur. Irene menepuk-nepuk dadanya, sesak.

“Irene-ah! Kau benar-benar Irene!”

Sehun berada di antara para polisi itu, ya, dia, benar-benar Oh Sehun. Dengan mata berbinar, lelaki itu mengambil langkah pasti, memeluk tubuh Irene erat.

“Akhirnya aku bisa menemukanmu!”

Dalam pelukan Sehun, Irene menatap ke arah Baekhyun yang juga menatapnya dengan mata berair. Tatapan Baekhyun yang satu itu benar-benar melukai hati Irene.

Sehun menggenggam kedua tangannya, “Ayo kita pulang!”

“Cepat tangkap penculik itu!”

“Tidak! Tunggu!” cegah Irene yang otomatis menghentikan gerakan para polisi.

“Ada apa, Irene-ah?” tanya Sehun, dahinya mengkerut, bingung.

Wanita itu melepas genggaman Sehun,

“Dia bukan seorang penculik. Selama ini, aku tidak pernah diculik olehnya. Aku… hanya kembali ke rumahku.” Jelas Irene yang sukses membuat Sehun memandangnya tak percaya. Begitu juga Baekhyun, lelaki itu menatap Irene dengan sejuta pertanyaan dalam benaknya. Apakah Irene sudah benar-benar bisa mengingatnya?

Sehun mengepal tangannya, “Mwo? Apa kau bilang? Setelah semua kisah tragis itu menimpamu, kau bilang kau tidak pernah diculik?!”

“Kau tahu?! Si penculik keparat ini telah berhasil menghancurkan kebahagiaan kita! Dia membunuh orang-orang di sekitarmu demi melancarkan aksinya! Ayahmu! Bahkan ayahmu sekalipun harus menderita sampai akhir hayatnya karena tak bisa menemukanmu!” ujar Sehun penuh emosi.

EommaAppa… Yena takut…”

Memilih Sehun dan hidup bebas, atau bertahan bersama Baekhyun dan putrinya, Yena, dengan segala ketulusan hatinya. Pilihan macam apa itu?!

“Aku… akan tetap bersamanya.”

Ucapan bodoh seorang Bae Irene seketika mampu membuat Sehun kecewa. Lelaki itu sudah berusaha keras mencari keberadaan Irene dan setelah Irene ia temukan, Irene malah menolaknya mentah-mentah. Ini adalah sebuah penghinaan, dan Sehun sama sekali tak menyukai fakta itu.

“Baiklah kalau begitu, aku akan mengerti kalau itu adalah keputusanmu.” Sehun tersenyum pahit. “Turunkan senjata kalian, dan kita kembali saja!” lanjut lelaki itu memberi perintah pada para polisi.

Para polisi itu dengan setengah hati melangkah meninggalkan Baekhyun dan Irene. Mereka masih tidak mengerti kenapa Sehun harus mengikuti keinginan Irene dan menyuruh mereka pergi begitu saja tanpa membawa sang tersangka.

Namun ternyata, baru saja beberapa langkah, Sehun yang berjalan selangkah di belakang para anggota polisi itu kemudian merebut paksa pistol polisi yang terdekat dengannya dan menarik pelatuk pistol tersebut hingga…

“BAEKHYUN-AH AWAS!”

“IRENE-AH!”

EOMMA!”

DOR! DOR! DOR! Suara tembakan tiga kali berturut-turut.

Sudut bibir kiri Sehun tertarik keatas, tersenyum puas.

.

.

.

To be continued…

106 pemikiran pada “[EXO Fanfiction] BATHROOM -Chapter 7 : Hello, Goodbye

  1. Baekhyun keras karna dia gak mau irene meninggalkannya. Dengan adanya Yena hubungan orangtuanya akan semakin membaik.
    Sehun?? Entahlah dibilank jahat gak, dibilank baik pun gak

    Suka

Tinggalkan komentar