[EXO Fanfiction] STRAWBERRY KISS -Episode 4 : The Fourth Reason (1/2)

[EXO Fanfiction] STRAWBERRY KISS -Episode 4 : The Fourth Reason (1/2)

STRAWBERRY KISS

A fanfiction by AYUSHAFIRAA

`Starring Oh Sehun, Kim Yoojung as Seol HanaPark Chanyeol.`

`Supported by Ryu Sujeong as Shin HeeraByun Baekhyun, Kang Mina as Choi Hyunhae, Kim Dahyun as Lee Haejoo.`

|| Hurt/Comfort, Romance, School-life ||

// Teen // Chaptered //

Disclaimer

Keseluruhan cerita merupakan hasil murni dari pemikiran dan khayalan saya sendiri. Judul terinspirasi dari salah satu merek permen :v Sifat/sikap/kehidupan karakter di dalam cerita ini diubah untuk kepentingan cerita sehingga mungkin tidak sama dengan sifat/sikap/kehidupan karakter dalam dunia nyata.

© AYUSHAFIRAA, 2016. All Rights Reserved. Unauthorized Duplication & Plagiarism is Prohibited.

|| Playlist : First Kiss (1/2)First Kiss (2/2)Second Chance (1/2)Second Chance (2/2)The Third Person (1/2)The Third Person (2/2) ||

Now Playing

Episode 4 : The Fourth Reason (1/2)―

♥♥♥

.

“Shin Heera?”

Panggilan ragu-ragu itu membuat Heera berpaling ke asal suara. Rupanya, sosok lelaki tampan dan tinggi itulah yang memanggil namanya, ya, Park Chanyeol. Chanyeol seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Heera yang duduk di pinggir jalan dekat rumah Chanyeol dengan sekujur tubuh yang basah kuyup dan menggigil padahal sore itu sama sekali tak ada hujan yang turun.

“Kau kenapa?” tanya lelaki itu yang mengambil langkah cepat menghampiri Heera.

Tak lama, Heera terisak. Bercerita kalau dirinya baru saja menjadi korban buli teman sekelasnya tak jauh dari tempatnya terduduk saat ini. Chanyeol yang merasa iba lantas berbaik hati mengajak Heera untuk ikut menumpang mobilnya dan mampir ke rumahnya sebentar untuk sekedar menghangatkan diri.

“Apa benar tidak apa-apa jika Sunbae mengajakku ke rumah Sunbae dengan penampilan seperti ini? Aku bisa turun di sini kok!”

“Tidak-tidak!” balas Chanyeol  cepat, “Kalau kau tidak segera menghangatkan tubuhmu, kau bisa jatuh sakit!”

“Lagipula, orang tuaku sedang tidak ada di rumah, Heera-ya. Kau tidak perlu khawatir.” lanjutnya yang masih fokus memegang kendali kemudi.

Tak lama, sampailah mereka di rumah besar Chanyeol. Dengan penuh perhatian, Chanyeol menuntun Heera ke dalam rumahnya. Benar, rumah besar Chanyeol memang sepi, tak ada siapapun kecuali mereka berdua di sana. Lelaki itu menyuruh Heera untuk menunggu di ruang tamu sementara dirinya pergi ke kamar untuk mengambil handuk serta pakaian ganti untuk gadis itu.

“Heera-ya, ini! pakailah punyaku dulu. Aku tidak berani meminjamkanmu pakaian ibuku, ibuku tidak suka berbagi pakaiannya dengan orang lain.” Chanyeol memberikan setelan pakaiannya pada Heera, sebuah kemeja putih dan celana jeans yang pastinya akan sedikit kebesaran di tubuh gadis itu. “Jadi, tidak apa-apa kan kalau kau memakai pakaian lelaki untuk sementara?”

Heera tersenyum sumringah, “Tidak! Tidak apa-apa kok, Sunbae! Terimakasih!”

“Lalu, aku harus berganti di mana?”

“Ah,” Chanyeol terlihat berpikir sebentar, “Karena kamar mandi orang tuaku dikunci, kau ganti di kamar mandiku saja. Ja, kuantar kau ke kamarku! Ah, maksudku, kamar mandiku ada di dalam kamar!”

Gadis manis itu mengikuti langkah kaki Chanyeol tanpa mendahuluinya, ia memberi jarak satu langkah di belakang lelaki itu. Heera tak kuasa menahan senyumannya saat lelaki berpostur proporsional itu benar-benar mengantarnya ke kamar pribadi lelaki itu. Setelah dipersilakan sang empunya kamar, Heera pun melangkah masuk ke kamar mandi untuk lekas mengganti seragamnya yang basah dengan setelan kering milik Park Chanyeol.

“Heera! Kalau kau sudah selesai, bangunkan aku, ya! aku juga ingin mandi tapi aku lelah, jadi aku akan tidur dulu sebentar!” seru Chanyeol dari luar pintu kamar mandi.

Ne, Sunbae!” sahut Heera.

Di dalam kamar mandi, Heera tak langsung berganti pakaian. Gadis itu menghirup wangi parfum Chanyeol yang masih melekat kuat di baju yang ada dalam genggamannya. Bagaimanapun, rencananya sudah lebih dari kata berhasil. Tak sia-sia ia mengguyur tubuhnya sendiri dengan air seperti orang gila di jalanan tadi, Park Chanyeol itu siswa pintar yang sangat mudah dibodohi.

Cklek. Kaki jenjang Heera terekspos begitu saja saat ia keluar dari kamar mandi. Heera sengaja tak mengenakan celana yang diberikan Chanyeol, membiarkan tubuh bagian bawahnya telanjang dan hanya tertutupi kemeja putih Chanyeol yang kebesaran di tubuhnya.

Sudut kiri bibir Heera tertarik ke atas, tersenyum miring. Kakak kelasnya itu seperti berniat memudahkan aksinya untuk memanas-manasi Seol Hana. Dengan keadaan Park Chanyeol yang terlelap karena kelelahan dengan hanya mengenakan baju handuk di atas kasurnya, Heera bisa membuat cerita karangan seolah-olah dirinya dan Park Chanyeol telah menghabiskan waktu bersama untuk bercinta.

Heera mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, mengklik ikon bergambar kamera dan mulai mengambil selca sebanyak-banyaknya dengan latar belakang Chanyeol yang sedang tertidur. Ibu jarinya dengan cekatan mengunggah foto tersebut ke akun sosial medianya. Tanpa butuh waktu lama, foto yang ia unggah langsung menarik perhatian beberapa siswa-siswi satu sekolahannya yang meninggalkan ‘suka’ dan komentar.

“Waktunya untuk menghapus postingan~” ucap Heera dengan suara yang benar-benar pelan. Gadis itu tersenyum licik sebelum akhirnya menghapus postingan viral yang akan menggegerkan warga satu sekolahan besok pagi dan tentu Heera ingin membuatnya terlihat seperti kesalahan yang tak disengaja.

Manik Heera menangkap ponsel Chanyeol yang lelaki itu letakkan sembarangan di atas meja belajarnya. Membuat postingan di media sosial saja sepertinya belum cukup bagi Shin Heera untuk menyakiti Seol Hana perlahan-lahan. Ide jahatnya kembali muncul setelah ia mendapati nama kontak Hana di ponsel Chanyeol sangatlah menjijikkan.

‘Memanggil – Gadis kecilku, Hana’

Cklek!

Langkah Hana berhenti di ambang pintu kamarnya ketika sebuah permintaan video call datang dari nomor kontak Chanyeol.

Bola mata Hana melebar seketika tatkala penampakan dalam video call tersebut memperlihatkan Shin Heera yang tengah mengancingkan kemeja putih yang terlihat kebesaran di tubuhnya itu sambil duduk di tepi kasur. Di kasur yang cukup lebar itu, Park Chanyeol terlihat terlelap dalam tidurnya yang hanya mengenakan baju handuk saja. jika dilihat dari arahnya, kamera ponsel Chanyeol pasti diletakkan tak jauh dari kasur tersebut. Heera tersenyum ke arah kamera, memperlihatkan barisan giginya yang rapi tanpa sedikitpun merasa malu. Dan adegan itu, menjadi pemandangan terakhir yang dapat Hana saksikan dari video call tersebut.

PRAK! Ponsel Hana terlepas dari genggaman tangannya yang melemah. Matanya sudah cukup sembab untuk menafsirkan betapa menyedihkan dirinya saat ini.

Seumur hidup, Hana tidak pernah berkunjung ke rumah Chanyeol, apalagi masuk ke dalam kamar lelaki itu untuk bercinta! Berciuman dengan Chanyeol saja tak pernah! Tapi Heera? Bisa-bisanya Heera memamerkan keintimannya dengan Park Chanyeol pada Seol Hana begitu mudah. Hana, kau benar-benar gadis yang menyedihkan!

BRUK!

“Bayiku! Bayiku! Hana! Seol Hana! Sadarlah, Sayang! Oh Ya Tuhan!”

“Cepat kita bawa dia ke rumah sakit, Yeobo!”

♥♥♥

Lelaki berkulit putih susu itu berdiri di samping ranjang pesakitan tempat gadisnya terbaring lemah tak berdaya dengan selang infus yang menusuk punggung tangan gadis itu. Ini sudah hari ke-3 gadis periang itu tak terbangun dari istirahatnya, mungkin saja, ia lebih enggan untuk terbangun. Mungkin saja, ia lebih memilih untuk menutup matanya selama-lamanya ketimbang harus menghadapi kenyataan bahwa hidupnya akhir-akhir ini begitu menyakitkan.

“Yak, Seol Hana…” panggil lelaki itu sambil terus berusaha menahan tetes airmatanya. Lelaki itu menarik kursi terdekat yang bisa ia jangkau, duduk dan menggenggam tangan dingin Seol Hana erat-erat. “Kau masih belum mau bangun? Hei, ini sudah 3 hari! Kau harus bangun, Hana!”

Oh Sehun, ya, lelaki itu akhirnya menitikkan airmata juga setelah berusaha keras menahannya. Setiap hari ia datang menjenguk Hana, dan setiap hari itu pulalah kondisi kesehatan Hana tidak pernah berubah. Bahkan orang tua Hana sekalipun, tidak pernah lagi melihat senyuman ceria Hana yang biasa terbangun di pagi hari.

“Kalau kau seperti ini karena perkataan kasarku padamu tempo hari, aku benar-benar minta maaf.” Ucap Sehun menyesali kebodohannya.

“Sehun-ah…” lirih Hana. Gadis itu masih menutup matanya rapat-rapat, sementara ujung matanya basah oleh cairan bening tak tertahankan yang mendesak keluar.

“Eoh? Hana-ya! Kau…”

“Kenapa ya… rasanya sulit sekali untuk membencimu? Aku tidak ingin bertemu denganmu, tapi aku… ada bagian dari diriku yang lain yang menginginkanmu hadir di sisiku. Aku sakit, Sehun-ah… sakit sekali.” Ujar Hana dengan suara serak seadanya. Perlahan, kelopak matanya membuka, melihat sosok Sehun di sampingnya yang sibuk menghapus airmata.

Lelaki itu tersenyum sesaat, ya, sesaat saja. karena beberapa detik kemudian senyumannya harus memudar saat Hana menyebutkan nama Park Chanyeol dalam lirihannya.

“Park Chanyeol itu brengsek, Sehun-ah. Dia mengajak Shin Heera ke kamarnya dan kau tahu apa yang telah mereka lakukan? Mereka tidur bersama!”

“Hei, hei! Sudah, jangan ingat-ingat itu lagi, Hana-ya.” jemari lelaki itu membelai puncak kepala Hana, menenangkannya. “Kau tidak boleh mengingat apapun yang sekiranya akan membuatmu terluka, lupakan ingatan-ingatan menyakitkan itu dari pikiranmu. Kau mengerti?”

“Hana-ya…” entah sejak kapan, Park Chanyeol berdiri di ambang pintu ruang rawat VIP Hana dengan membawa sebuket bunga mawar merah dan kotak stroberi kesukaan Hana di tangannya.

Gadis yang masih lemah itu spontan melepaskan genggaman Sehun pada tangannya dan dengan bodohnya memberi senyuman pada lelaki yang telah menyakitinya untuk kesekian kali.

“Hana-ya, aku benar-benar minta maaf atas kejadian 3 hari yang lalu. Aku bisa jelaskan semuanya padamu kalau semua itu murni kesalahpahaman, aku dan Heera tidak pernah melakukan apa yang seperti orang-orang lain katakan.”

Melihat Hana kembali tersenyum secepat itu hanya karena Park Chanyeol, Oh Sehun sesungguhnya amat terluka. Kenyataan bahwa sumber kebahagiaan Hana hanyalah Chanyeol seorang membuat Sehun cukup tahu kalau kehadirannya takkan pernah bisa menggantikan sosok Chanyeol di hati gadis itu. Seberapapun brengseknya seorang Park Chanyeol, Hana sepertinya akan selalu membuka hati untuk lelaki itu, dan bukan untuknya.

“Sepertinya Oppa sekarang sudah benar-benar tahu kelemahanku, aku pasti akan terluka dan bisa jatuh sakit dengan mudahnya jika melihatmu bersama gadis lain.”

Arasseo, Mianhae.”

Tanpa perlu diperintah, Sehun mengerti sendiri kalau ia harus pergi. dan tanpa perlu banyak bicara, Hana pun sepertinya sudah mengijinkan Sehun untuk beranjak meninggalkannya bersama Park Chanyeol.

♥♥♥

Di lorong sekolah pagi itu, Haejoo dan Hyunhae berjalan berdua saja tanpa kapten tiga telur mereka. Hana masih dirawat di rumah sakit dan masih dalam masa skorsing juga. Tanpa Hana, Hyunhae dan Haejoo merasa hari-hari mereka sangatlah suram, tak berwarna, bawaannya malas dan ingin cepat-cepat pulang menjenguk sang kapten.

“Hyunhae-ya… aku merindukan Hana dan Sehun, hiks.” Ucap Haejoo dengan raut menyedihkan.

Hyunhae mengangguk setuju, “Padahal kalau Hana tidak sakit, Sehun sudah berencana akan mengajak kita bertiga liburan ke Pulau Jeju. Hiks, sayang sekali gara-gara adik kelas menyebalkan satu itu rencana liburan kita gagal total!” ungkapnya sedikit menahan kesal.

OMO!”

BRUK!

“Oh! Haejoo-ya! kau baik-baik saja?!” Hyunhae terkejut saat melihat sahabatnya itu jatuh setelah bertabrakan dengan seorang sahabat Chanyeol yang berlari dari arah berlawanan dan tak melihat arah pandangannya dengan benar.

“Awh! Sakit!” Haejoo menyentuh bokongnya yang terasa nyeri. Sulit baginya untuk langsung bangun setelah terjatuh tadi.

Mianhaeyo! Apa kau baik-baik saja?”

Haejoo bersiap melontarkan kata-kata kasarnya, namun setelah maniknya memastikan kalau yang menabraknya barusan adalah seorang Byun Baekhyun, niatnya luntur. Pipi Haejoo merona tak kuat bertatapan terlalu lama dengan siswa kelas tiga yang tak kalah tampan dari Park Chanyeol itu.

“Ahh… ah… sakith… ahh… Oppah…” otak sengklek Haejoo dalam mode menyala, ia merintih layaknya gadis-gadis nakal yang ada di film-film dewasa koleksiannya.

Hyunhae bergerak cepat menutup mulut sahabatnya, sambil tersenyum menahan malu ke arah Baekhyun yang masih melongo setelah melihat respon aneh Lee Haejoo terhadapnya.

Jhweoseonghaeyo, Sunbaenim! Lupakan apapun yang tadi kau dengar dari mulutnya ya!”

Baekhyun tertawa, tak menyangka. “Ya ampun! Yang benar saja! Kalian ini temannya Seol Hana kan?”

Haejoo dan Hyunhae mengangguk kompak, “Lebih tepatnya, kami adalah SAHABAT Hana!”

Lelaki itu mengorek-ngorek lubang telinganya, suara desahan Lee Haejoo tadi masih saja terngiang dan membuatnya serasa hampir gila.

“Yak, kau!” telunjuk Baekhyun mengacung secara horizontal ke arah Haejoo yang sontak menutupi perubahan warna pipinya. “Cepat jawab jujur apa yang kau bayangkan saat mendesah tadi?!”

“Mendesah?” Haejoo mengedip-ngedipkan matanya, polos.

Baekhyun melotot, apa yang baru saja dikatakannya pasti telah membuat derajatnya turun saat itu juga. Jangan bilang kalau sahabat Hana yang satu itu tidak mengerti apa yang telah dilakukannya sendiri?

“Eoh? Sunbae, kau berkeringat banyak sekali! Inikan masih pagi!” goda Hyunhae.

“Baekhyun Sunbae, berkeringat pun, kau terlihat seksi…” gumam Haejoo sambil menggigiti kukunya, terpesona dengan pemandangan yang ―menurutnya― begitu seksi di hadapannya.

Sepertinya temperatur udara Byun Baekhyun bisa tiba-tiba meningkat jika berada di sekitar dua siswi sahabat Seol Hana itu. Baekhyun mendengus kesal, “Yak! Berhenti menggodaku!”

“Pokoknya menjauhlah dariku! Aku tidak ingin melihat kalian lagi! terutama kau!”

Haejoo mengedipkan matanya ke arah Hyunhae, memberi kode, sesaat setelah Baekhyun mulai berjalan pergi meninggalkan mereka.

“Eoh? Haejoo-ya? kau masih tidak bisa berdiri?! Aduh, bagaimana ini?! Seharusnya kan Baekhyun Sunbaenim bertanggung jawab setelah menabrakmu hingga jatuh seperti ini!”

Langkah Baekhyun terhenti, kemudian berpaling melihat keadaan Haejoo yang masih dalam posisi terduduk di lantai. Hyunhae memberi kedipan satu mata pada Haejoo sambil tak kuasa menahan senyum, usaha mereka berhasil untuk menarik perhatian senior mereka yang satu itu.

Mianhae. Sini biar kubantu kau berjalan.”

Bunga-bunga di taman hati Haejoo bermekaran saat itu juga. Baekhyun membantunya berdiri dan membiarkan sebelah tangannya merangkul leher lelaki itu. Bodohnya Haejoo, bahkan hanya dengan lirikan mata, Baekhyun bisa melihat jelas rona pipinya yang sudah seperti kepiting rebus.

Gomawoyo, Sunbaenim.” Ucap Haejoo malu-malu.

Hyunhae yang baru tersadar kalau dirinya ditinggal sendirian oleh Baekhyun dan Haejoo pun menghentakkan kakinya kesal, “YAK! LEE HAEJOO! KENAPA MENINGGALKANKU EOH?! TUNGGU AKU, BODOH!”

♥♥♥

Haejoo melambaikan tangannya dengan semangat ke arah mobil Baekhyun yang mulai melaju meninggalkan halaman rumah sakit tempat Hana dirawat. Gadis itu tak henti-hentinya tersenyum sendiri seperti orang gila sebelum akhirnya Choi Hyunhae menarik bagian belakang kerah seragamnya seperti memperlakukan seekor kucing.

“Ah~ Hyunhae-ya! lepaskan!” rengek Haejoo.

“Aku kan sedang asik membayangkan Byun Baekhyun menjadi suamiku, hiks.”

Hyunhae menggeleng tak habis pikir, namun sedetik kemudian dirinya tersenyum lebar.

“Baguslah kalau begitu! Jadi aku tak perlu lagi berebut Sehun denganmu!”

Haejoo memicing, “Mwo?! Tidak! Tidak! Pokoknya My Sexy Sehunie tetap nomor satu di hatiku!”

“Eoh? Hyunhae? Haejoo?”

“Huwaaaa~~ pangeranku!~” dua gadis yang masih berseragam sekolah itu mulai berebut memeluk tubuh Oh Sehun. Baru beberapa hari tidak bertemu karena Sehun yang sedang dalam masa skorsing membuat keduanya benar-benar merindukan sosok siswa tampan itu.

Sehun terkekeh, “Kalian ini! sebenarnya datang ke sini untuk menjenguk Hana atau ingin bertemu denganku saja?”

“Dua-duanya!” jawab Hyunhae dan Haejoo kompak.

“Huh, ya sudah kalian langsung saja ke ruangannya. Sudah tahukan?”

Dua gadis itu lagi-lagi kompak menggeleng, pura-pura tidak tahu padahal Sehun jelas-jelas sudah memberitahu ruang rawat Hana lewat pesan tepat setelah mereka berkata ingin menjenguk sahabat tercinta mereka yang sedang sakit.

“Antar kami ya, Sehun-ah?”

Lelaki itu menggeleng cepat dengan hembusan nafas berat. Masih ada Park Chanyeol di ruang rawat Hana dan ia tak mau melihat banyak kontak fisik antara dua sejoli itu yang jelas akan sangat menyakitinya.

Hyunhae dan Haejoo saling bertatapan untuk beberapa saat, sebelum akhirnya mereka berdua mengangguk yakin dan menggiring paksa Oh Sehun untuk ikut mereka ke ruang rawat Seol Hana. Diperlakukan seperti itu, Oh Sehun hanya bisa pasrah sambil menyiapkan hati.

Heol, Daebak! Ternyata alasan Chanyeol Sunbaenim tidak masuk sekolah hari ini karena Seol Hana! Unch unch unch, kalian benar-benar membuatku gemas!” ucap Hyunhae heboh sendiri setelah langkah dirinya dan Haejoo yang membawa serta Sehun masuk ke dalam ruang rawat kelas VIP Hana. Pemandangan yang pertama kali mereka lihat adalah Park Chanyeol yang sedang menyuapi sendok terakhir bubur rumah sakit pada Hana.

“Melihat kalian semesra itu, aku jadi ingin sakit juga! Siapa tahu Baekhyun sunbaenim dan Sehun akan memperlakukanku seperti itu juga.”

“Dasar serakah!” Hyunhae menoyor kepala Haejoo yang mulai kembali berkhayal.

Chanyeol dan Hana tertawa melihat tingkah mereka, tapi tidak dengan Sehun. Lelaki berkulit putih susu itu diam seakan tak ada hal lucu yang didengarnya.

“Ayo masuk! Masuk!” ucap Hana mempersilakan.

Chanyeol beranjak, hendak pamit karena tidak mau mengganggu acara Hana dengan teman-teman sekelasnya itu.

“Aku pulang dulu, ya? cepat sembuh, gadis kecil!~” pipi Hana, Hyunhae, dan Haejoo seketika merah merona. Padahal yang diberi perhatian sampai diberi elusan lembut di kepala hanyalah Seol Hana, tapi Hyunhae dan Haejoo seperti ikut merasakan getaran-getaran cintanya.

“I-iya, Oppa. Hati-hati di jalan ya! Terimakasih sudah menjengukku hari ini!” balas Hana dengan senyum sumringah.

Melihat senyuman Hana lagi mungkin merupakan fakta baik. Fakta buruknya, senyuman itu terukir untuk dan karena Park Chanyeol, bukan untuk dan karena Oh Sehun.

“Hana-ya! kami rindu sekali padamu, hiks.” Hyunhae dan Haejoo mulai melebih-lebihkan ekspresi sedih mereka seperti di drama-drama yang berakhir dengan pemeran utama yang mati dengan tragis.

“Di sekolah rasanya sepi sekali tanpa dirimu. Kenapa ya waktu dua minggu itu lama sekali? Kami ingin cepat-cepat melihatmu masuk sekolah lagi, Hana-ya!” ungkap Haejoo cemberut.

Lagi-lagi, Hana tertawa. Dua sahabatnya itu memang moodbooster terbaik untuknya setelah Park Chanyeol.

“Tapi aku tidak mau cepat sembuh.”

“AIII WAEYO?!”

“Kalau aku sembuh, Chanyeol Oppa tidak akan sering-sering mendatangiku lagi. Kalau aku sakit, setidaknya dia punya alasan untuk terus datang menjengukku.” Jelas Hana. “Ya, paling tidak sampai menstruasiku ini selesailah!” lanjut Hana tertawa puas.

Saat itu juga, Sehun, Hyunhae, dan Haejoo kompakan mengorek-ngorek telinga mereka.

“Hyunhae-ya, apa kau mendengar kata ‘menstruasi‘? Atau aku yang salah dengar ya?” tanya Haejoo polos.

Satu detik, dua detik, tiga detik kemudian…

“JADI KAU SAKIT DAN DIRAWAT DI RUMAH SAKIT INI HANYA KARENA NYERI MENSTRUASI?!”

Hana mengangguk tanpa dosa.

“OH ASTAGA!” Sehun memijat tengkuknya, sepertinya darahnya mulai naik ke ubun-ubun. Lelaki itu sudah dibuat khawatir setengah mati akan kondisi kesehatan gadis itu, dan sekarang gadis itu dengan polosnya mengatakan kalau dirinya hanya merasa nyeri karena menstruasi?

“Kau memang luar biasa, Seol Hana!” Hyunhae dan Haejoo tak bisa berkata-kata lagi. Sahabat mereka yang satu itu sepertinya memang dianugerahi tingkat keniatan di atas rata-rata.

“Tapi hari itu aku benar-benar pingsan, lho! Sehun yang menyebalkan, Heera yang memvideo adegan tak pantas bersama Chanyeol Oppa-ku, itu saja sudah cukup membuatku stres! Ditambah lagi nyeri menstruasi yang sialan itu, sempurnalah sudah penderitaanku!”

“Lalu orang tuamu? Apa mereka tahu yang sebenarnya?” tanya Sehun sambil berusaha mengontrol tekanan darahnya.

“Tentu saja mereka tahu! Akting mereka bagus kan? Sudah kutebak bahwa mereka cocok menjadi pasangan aktor dan aktris of the year!” jawab Hana dengan bangganya. “Oh iya, mereka juga mengijinkanku untuk tetap di rumah sakit sampai nyeriku hilang kok! Eh tapi, lebih ke sampai Park Chanyeol menjengukku saja sih!” lanjut gadis itu, nyengir kuda.

“Aduh, kepalaku pusing memikirkan ini.” keluh Haejoo sembari memijat pelipisnya.

Sehun menghembuskan nafasnya kasar,

“Karena Park Chanyeol sudah menjengukmu hari ini, AKU TIDAK MAU TAHU POKOKNYA BESOK KAU SUDAH HARUS KEMBALI KE RUMAHMU!”

“AKU PERGI!” BRAK!

Hana memandang aneh pintu yang baru saja dibanting Sehun, “Apa sekarang dia yang sedang PMS?”

“Dia bisa memakai stok pembalutku kalau-kalau dia membutuhkannya nanti.” Ucap Hyunhae yang hanya dibalas anggukan sepakat Hana dan Haejoo. Sesaat kemudian, mereka tertawa terbahak-bahak membayangkan hal bodoh yang tidak mungkin menimpa Oh Sehun itu.

♥♥♥

 

8 pemikiran pada “[EXO Fanfiction] STRAWBERRY KISS -Episode 4 : The Fourth Reason (1/2)

  1. Woalah dsar bocah oncom(haera) satu itu, trus klo tau kelakuannya kya gtu apa chanyeol msih mw belain dy -_-
    si tiga telur bner” deh, msa si sehun mw dipinjemin pembalut wkwkk jdi inget dlu wktu smp jg prnah gtuin tmen cowok wkwkk
    orang kaya mah bebas, mw nginep d rmah sakit sebulan jga bebas :v

    Suka

    1. ‘Bocah oncom’ njir ngakak parah xD tau tuh, Chanyeol oh Chanyeol kapan kau sadar boy 😧😧😧
      Yakali kan bisi butuh, dia udah ciriciri pms kali aja ikut mens wakakak 😂
      Buakakak xD bebas :v mau sekalian beli rumah sakitnya juga bebas :v orang kaya wkwkwk 😂👏

      Suka

Tinggalkan komentar