[EXO Fanfiction] BATHROOM -Final Chapter : Heaven (1)

[EXO Fanfiction] BATHROOM -Final Chapter : Heaven (1)

BATHROOM

heavenbathroomfinal

←Previous Chapter : Hello, Goodbye

― Final Chapter : Heaven (1) ―

Author : Ayu Nur’asyifa Shafira (@ayushafiraa_)

Cast : Bae Joohyun as Irene, Byun Baekhyun, Oh Sehun, Aleyna Yilmaz as Byun Yena

Genre : AU, Gore, Kidnapping, Romance, Sad, Sadism.

Rated : R / PG-17

Length : Chaptered/Series

Disclaimer : Casts belongs to God and their real life. Inspired by ‘ROOM’ Movie. Sebenernya belum nonton filmnya sih-_- Cuma ya udah tau garis besar ceritanya aja, jadi terinspirasi 😀 Selebihnya hanya bagian dari imajinasi/khayalan saya sendiri. Sifat/sikap/kehidupan karakter di dalam cerita ini diubah untuk kepentingan dramatis cerita sehingga mungkin tidak sama dengan sifat/sikap/kehidupan karakter dalam dunia nyata.

© AYUSHAFIRAA, 2016. All Rights Reserved. Unauthorized Duplication & Plagiarism is Prohibited.

 

***Selama final chapter, kalian bisa memutar lagu ‘Lee Hi – My Love’ dengan mode repeat / diulang-ulang 🙂

 

I love you more than anything you knows…

.

.

.

Mentari pagi bersinar cerah menyapa bumi secerah senyuman dan tawa pasangan ayah dan anak yang sedang menghabiskan waktu bersama di halaman rumah mereka ini. Ayah dan anak itu tak lain adalah Baekhyun dan Byun Yena. Sesekali, Yena terlihat menjahili sang ayah dengan menarik-narik kedua daun telinga ayahnya hingga sang ayah meringis ―berpura-pura kesakitan.

“Awas saja ya! Appa akan tangkap Yena sampai dapat!” Baekhyun mengejar putrinya yang berlari menghindar sambil tertawa-tawa takut tertangkap.

Breg!

“Nah! Yena tertangkap juga!”

Gadis kecil dalam rengkuhan Baekhyun itu berontak, tak mau ditangkap. “Appa! Appa jangan! Jangan tangkap Yena! Lepaskan Yena!”

“JANGAN BERGERAK! ANDA SUDAH KAMI KEPUNG!”

Baekhyun cepat-cepat menyembunyikan sang putri yang ketakutan di belakangnya, ia pun tak kalah terkejut saat sosok yang dibencinya, Oh Sehun, hadir di tengah-tengah belasan aparat polisi yang menyergapnya.

“CEPAT KAU KATAKAN DI MANA KAU MENYEMBUNYIKAN SANDERAMU?” tanya salah seorang polisi yang sepertinya merupakan kepala tim tersebut.

“Apa maksud anda? Sandera? Saya tidak mengerti apa yang anda bicarakan.” Sialnya, semua senjata Baekhyun ada di dalam rumahnya, ia takkan bisa melawan terlebih Yena yang tak tahu apa-apa terus menggenggam tangannya, ketakutan.

Atas perintah Oh Sehun, sebagian polisi itu masuk ke dalam rumah Baekhyun dan menggeledah setiap ruangan yang memungkinkan bagi penculik itu menyekap Irene.

Sehun tersenyum miring ke arah Yena yang menatapnya, gadis kecil itu mungkin memang telah ditakdirkan menjadi pembuka jalan bagi Sehun menemukan Irene.

Ahahjussiahjussi tidak boleh jadi orang jahat, Yena takut orang jahat.”

Ahjussi tidak pernah menjadi orang jahat, Yena-ya. Orang jahat itu, orang yang saat ini ada di samping Yena.” Ucap Sehun tenang.

“Lapor! Nona Irene sudah kami temukan. Dia bersama kami. Kami menemukannya di sebuah kamar mandi yang kelihatannya sudah tak terpakai di ruang bawah tanah.”

Bola mata Baekhyun melebar seketika. Mereka, menemukan Irene.

“Cepat bawa dia keluar! Pastikan dia baik-baik saja!” balas kepala tim.

Eomma!” panggil Yena dengan airmata yang membasahi pipinya saat melihat ibunya digiring keluar dari rumah oleh para polisi tersebut.

DEG! Panggilan dan tangisan Yena seolah menghantam keras dinding kebebasan Irene hingga hancur. Irene menepuk-nepuk dadanya, sesak.

“Irene-ah! Kau benar-benar Irene!”

Sehun berada di antara para polisi itu, ya, dia, benar-benar Oh Sehun. Dengan mata berbinar, lelaki itu mengambil langkah pasti, memeluk tubuh Irene erat.

“Akhirnya aku bisa menemukanmu!”

Dalam pelukan Sehun, Irene menatap ke arah Baekhyun yang juga menatapnya dengan mata berair. Tatapan Baekhyun yang satu itu benar-benar melukai hati Irene.

Sehun menggenggam kedua tangannya, “Ayo kita pulang!”

“Cepat tangkap penculik itu!”

“Tidak! Tunggu!” cegah Irene yang otomatis menghentikan gerakan para polisi.

“Ada apa, Irene-ah?” tanya Sehun, dahinya mengkerut, bingung.

Wanita itu melepas genggaman Sehun,

“Dia bukan seorang penculik. Selama ini, aku tidak pernah diculik olehnya. Aku… hanya kembali ke rumahku.” Jelas Irene yang sukses membuat Sehun memandangnya tak percaya. Begitu juga Baekhyun, lelaki itu menatap Irene dengan sejuta pertanyaan dalam benaknya. Apakah Irene sudah benar-benar bisa mengingatnya?

Sehun mengepal tangannya, “Mwo? Apa kau bilang? Setelah semua kisah tragis itu menimpamu, kau bilang kau tidak pernah diculik?!”

“Kau tahu?! Si penculik keparat ini telah berhasil menghancurkan kebahagiaan kita! Dia membunuh orang-orang di sekitarmu demi melancarkan aksinya! Ayahmu! Bahkan ayahmu sekalipun harus menderita sampai akhir hayatnya karena tak bisa menemukanmu!” ujar Sehun penuh emosi.

EommaAppa… Yena takut…”

Memilih Sehun dan hidup bebas, atau bertahan bersama Baekhyun dan putrinya, Yena, dengan segala ketulusan hatinya. Pilihan macam apa itu!

“Aku… akan tetap bersamanya.”

Ucapan bodoh seorang Bae Irene seketika mampu membuat Sehun kecewa. Lelaki itu sudah berusaha keras mencari keberadaan Irene dan setelah Irene ia temukan, Irene malah menolaknya mentah-mentah. Ini adalah sebuah penghinaan, dan Sehun sama sekali tak menyukai fakta itu.

“Baiklah kalau begitu, aku akan mengerti kalau itu adalah keputusanmu.” Sehun tersenyum pahit. “Turunkan senjata kalian, dan kita kembali saja!” lanjut lelaki itu memberi perintah pada para polisi.

Para polisi itu dengan setengah hati melangkah meninggalkan Baekhyun dan Irene. Mereka masih tidak mengerti kenapa Sehun harus mengikuti keinginan Irene dan menyuruh mereka pergi begitu saja tanpa membawa sang tersangka.

Namun ternyata, baru saja beberapa langkah, Sehun yang berjalan selangkah di belakang para anggota polisi itu kemudian merebut paksa pistol polisi yang terdekat dengannya dan menarik pelatuk pistol tersebut hingga…

“BAEKHYUN-AH AWAS!”

“IRENE-AH!”

EOMMA!”

DOR! DOR! DOR! Suara tembakan tiga kali berturut-turut.

Sudut bibir kiri Sehun tertarik keatas, tersenyum puas.

“Irene-ah… Irene-ah… Joo…” Baekhyun menangkap tubuh Irene yang hampir merosot. Wanita itu memeluk Baekhyun erat dan lebih memilih untuk mengorbankan dirinya, menjadikan punggungnya sebagai tameng untuk menyelamatkan lelaki yang entah sejak kapan memenuhi relung hatinya.

Eomma!” tangis Yena pecah saat itu juga.

“Si brengsek itu… Oh Sehun!” geram Baekhyun, namun Irene yang berada dalam pelukannya menatapnya dalam-dalam, seolah tak mau membiarkan Byun Baekhyun melakukan kejahatan lagi.

“Kalian tunggu apa lagi?! cepat amankan mereka dan panggil ambulan!” titah sang kepala tim.

.

.

.

‘Setelah 5 tahun menghilang, model cantik Bae Irene akhirnya ditemukan.’, ‘Tragis! Drama penyelamatan model cantik yang ditembak tiga kali oleh sang penculik.’, ‘Kondisi Bae Irene dirahasiakan, Oh Sehun seolah menghilang.’

Sehun menatap lurus ke arah seorang pria paruh baya yang membelakanginya. Rambut pria paruh baya yang sudah memutih itu menunjukkan usianya yang mulai senja. Seorang hakim ketua yang paling dihormati dan disegani seluruh rakyat korea karena kebijaksanaannya itu tak lain adalah ayah Oh Sehun, Oh Jonghun.

“Beri dia hukuman mati, Abeoji.” Pinta Sehun.

Ayahnya spontan berbalik, “Wae? bukankah dia sama sekali tidak membunuh Irene?”

“Dia mungkin memang tidak membunuh Irene, tapi dia telah membunuh cinta Irene untukku. Aku tak mungkin bisa membiarkannya hidup bahagia dengan cinta yang Irene berikan.” Kepalan tangan Sehun menguat. Ia benar-benar merasa sakit hati setelah mendengar dengan telinganya sendiri dari mulut seorang Bae Irene kalau wanita yang selama ini mencintainya itu kini telah berpaling mencintai lelaki lain.

“Aku yakin Abeoji bisa mengerti perasaanku. Aku memohon bantuanmu.” Sehun berlutut.

Sehun tak dipenjara atas tindakan bodohnya merebut senjata polisi dan menembak Irene. Ia juga bisa dengan mudah memutarbalikkan fakta tentang siapa yang menyasarkan tiga peluru ke punggung mantan model terpopuler se-Asia itu. Semua itu, karena dirinya adalah anak seseorang yang memiliki kekuatan penuh dan sangat berpengaruh. Siapa yang berani menentang kekuasaan ayah Oh Sehun kalau begitu caranya? Permainan ini sungguh kotor!

.

.

.

Setelah ditampar berkali-kali oleh ibu Irene, Baekhyun akhirnya bisa ikut menyumbangkan darahnya untuk Irene yang kehilangan banyak darah.

Dengan penjagaan ketat dari polisi dan kedua tangan yang diborgol, Baekhyun mematung di samping ranjang di mana wanitanya terbaring lemah tak berdaya dengan alat-alat medis yang membantu wanita itu untuk hidup. Sementara si kecil Yena terlihat tertidur di atas tangan Irene, saking kelelahannya.

“Tuan Byun Baekhyun?”

Baekhyun berpaling ke asal suara, ah dokter rupanya. “Ya?”

“Sebelumnya kami mohon maaf, hasil tes laboratorium kami menyatakan bahwa darah anda tidak cocok untuk menjadi pendonor bagi Nyonya Bae Irene sehingga kami tidak bisa melakukan tindakan lebih lanjut sebelum ada pendonor yang cocok dan bersedia mendonorkan darahnya untuk Nyonya Bae Irene. Sekali lagi, maafkan kami.” Jelas sang dokter.

Mwo? Darahku tidak cocok?”

Darah ibu Irene tidak cocok, darah Baekhyun juga tidak cocok, lalu darah siapa yang cocok dengan darah Irene?!

“Kenapa darahku… bisa tidak cocok?” gumam lelaki itu.

“Yak, lelaki brengsek! Kau bilang darahmu cocok dengan putriku dan kau bisa menyelamatkannya! Tapi mana?! Mana buktinya?! Dasar penipu!” hardik ibu Irene emosi.

Tangan Baekhyun mengepal, “Diam kau! Aku bukan penipu!”

“Seharusnya… memang cocok. Tapi, kenapa?” tanya Baekhyun dalam hati.

Eomma…” panggil Irene yang baru saja membuka kedua mata sayunya, lirih.

“Ah? Irene! Dokter! Putri saya sadar dokter!”

“Irene-ah…” Baekhyun berbinar.

Saat tangan dokter itu hendak menempelkan ujung stetoskopnya ke dada wanita itu, wanita itu menggeleng lemah, menolak untuk diperiksa. Dengan suara lirihnya lagi, ia meminta agar dirinya ditinggal bersama Baekhyun dan Yena saja dalam ruangan serba putih itu.

“Aku senang… karena dengan begitu, Tuhan tak membiarkanku jatuh cinta pada… orang yang salah.”

“A-apa maksudmu, Irene-ah?”

“Baekhyun-ah…”

DEG! Panggilan itu… Dia kembali menjadi Byun Joohyun.

“Tuhan membawamu pada garis takdirku… dan aku bersyukur akan hal itu…” airmata Irene mengalir dari sudut matanya sebelum akhirnya kedua matanya kembali terpejam.

Nuna? Nuna? Nuna sadarlah! NUNA!”

.

.

.

“Hujannya deras sekali ya?” saking derasnya hujan di luar sana, pandangan mata Joohyun sangat terbatas saat mencoba melihat keluar kaca jendela mobil orang tuanya.

“YEOBO AWAS!!!”

BRAK!

Mobil mereka ditabrak oleh truk pengangkut air dari sebelah kiri hingga berguling-guling di jalanan yang basah oleh air hujan yang terus turun tanpa ampun. Joohyun kehilangan denyut nadi dan jantungnya untuk waktu yang lama sehingga para detektif mengira ia sudah meninggal dunia. Namun saat itu, sebuah keajaiban datang padanya.

“Eo-eom-ma… Ap-pa…”

Seorang detektif berwajah bule mendengar suara putus-putus Joohyun dari dalam kantung mayat. Detektif itu lalu membuka resleting kantung mayat tersebut dan menemukan Joohyun yang bernafas meski nafasnya begitu lemah.

Kehilangan putri satu-satunya yang bernama Bae Irene saat kecelakaan tragis menimpa keluarganya membuat detektif itu teringat luka-luka mendalam yang pernah dialaminya bersama sang istri, bahkan istrinya begitu depresi hingga selalu menganggap putri mereka itu masih ada. Namun, semua luka itu seketika saja dapat terobati dengan kehadiran Joohyun yang menggantikan posisi Bae Irene di keluarga mereka. Detektif itu, Terrance Bae.

Setelah menyumpal mulut orang-orang yang mengetahui rahasianya itu dengan sejumlah uang, Terrance Bae mengundurkan diri sebagai seorang detektif senior dan mulai menata kembali keluarga kecilnya yang bahagia.

“Irene tidak ingat eomma dan appa? Aigoo, luka ini pasti sangat sakit ya, Sayang?”

Joohyun hilang ingatan. Semua ingatan masa lalunya terlupakan dan hilang begitu saja dari memori otaknya, tergantikan oleh ingatan-ingatan palsu tentang dirinya sebagai Bae Irene, putri dari seorang mantan detektif, Terrance Bae.

“Appa… Irene ingin sekali menjadi model, boleh ya?”

“Tentu saja, Sayang. Apa pernah Appa mengatakan ‘tidak’ untuk semua keinginanmu?”

Sebagai Irene, Joohyun menerima banyak cinta dari ‘orang tuanya’. Semua keinginan gadis itu selalu dapat dipenuhi oleh kedua orang tuanya sampai-sampai gadis itu tak mengenal lagi apa yang namanya kesedihan.

Namun semua kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Setelah menjadi model yang sangat terkenal bahkan hingga ke seluruh Asia, para pembencinya mulai bermunculan. Mereka mengolok-oloknya dengan kata-kata kasar, menganggap kalau gadis bertubuh mungil seperti dirinya tidak pantas menjadi seorang model kelas dunia. Di saat itulah, saat dirinya benar-benar putus asa akan keadaan, Oh Sehun masuk ke dalam hidupnya.

.

.

.

Di balik jeruji besi berlantai dingin itu, Baekhyun bersandar di dinding tembok penjara sambil memandang secercah cahaya dari celah-celah kecil fentilasi udara. Pemandangan langit biru yang begitu luas mengingatkannya pada Joohyun dan Yena, dua sosok malaikat tak bersayap yang sempat menemani dan menghiasi hari-harinya.

Ia berdosa, tentu saja. Dirinya sendirilah yang secara tidak langsung memilih kehidupan kejam seperti ini. Jika saja… ia tak memulai semuanya dengan rasa dendam dan benci, ia takkan berakhir dengan semua penderitaan ini.

Nuna… apa aku yang penuh dosa ini bisa bertemu denganmu di surga? Bisakah kita berkumpul lagi dengan kebahagiaan yang sebenarnya di surga nanti?” lelaki itu tak tahan lagi untuk menahan airmatanya.

“Maafkan aku… maafkan aku… maafkan aku, Nuna…”

Nuna… aku benar-benar takut. Aku takut Tuhan takkan mengizinkan kita untuk bertemu lagi di surga…”

Baekhyun memeluk lututnya, menangis seperti anak kecil.

“Yak, Byun Baekhyun! Jangan menangis! Nanti eomma dan appa akan mengira aku yang salah dan memarahiku, kau tahu!” omel Joohyun kecil pada Baekhyun yang masih menangis.

Nuna…”

Lelaki itu tersenyum, namun senyumannya perlahan harus memudar seiring dengan bayangan Joohyun kecil yang juga perlahan menghilang dari pandangannya.

.

.

.

To be continued…

 

 

Dear you,

Pendek? Emang .-. maafkan yaa hehe 😦 kenapa pendek? Hmmm, biar gereget :v *canda

Perhatikan baik-baik bacaan terakhir yaaa, udah final tapi tetep belum end lhooo wkwk

Terimakasih banyak untuk para pembaca setia FF Bathroom-ku ini ―termasuk yang silent readers juga :v― karena berkat kalian FF ini bisa jadi FF of The Month-nya EXOFFI hehe, aku tak menyangka :’v *terharu

Okay, sekian. Maaf yaa malah jadinya kebanyakan cingcong(?) :3

with Love,

AYUSHAFIRAA

78 pemikiran pada “[EXO Fanfiction] BATHROOM -Final Chapter : Heaven (1)

Komentar ditutup.