[EXO Fanfiction] Special Ramadhan – Different Ours Chapter 3

[EXO Fanfiction] Special Ramadhan – Different Ours Chapter 3

DIFFERENT OURS Chapter 3

Untitled-1b

Author : Ayu Nur’asyifa Shafira (ayushafiraa_)

Casts : Jang Chommi as Park Ahjung, Park Chanyeol, Kang Sura as Kim Kira, Byun Baekhyun

Genre : AU, Drama, Religi, Romance, Sad.

Rated : PG-15

Length : Chaptered/Series

Disclaimer : Casts belongs to God and Their real life. This is just my imagination. FF ini dibuat hanya untuk menyambut bulan Ramadhan 🙂 segala kelebihan datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa, dan segala kekurangan datangnya dari saya sendiri. Marhaban ya Ramadhan! 🙂

© AYUSHAFIRAA, 2016. All Rights Reserved. Unauthorized Duplication & Plagiarism is Prohibited.

 

♥♥♥

 

Cahaya mentari pagi menelusuk masuk melalui celah gorden kamar gadis itu, mengusik mimpi indahnya bersama lelaki yang ia cintai. Mata gadis itu terbuka, sosok yang pertama kali dilihatnya ialah Chanyeol yang masih setia menggenggam tangannya, tertidur dalam posisi duduk bersandar pada kepala kasurnya.

Oppa tidak akan pernah meninggalkan Ahjung, jangan khawatirkan itu.

Ia kembali tersenyum, mengingat perkataan Chanyeol semalam yang berjanji takkan pernah meninggalkannya. Chanyeol memang menjadi obat mujarab bagi Ahjung, buktinya, tanpa meminum obat apapun dan hanya tidur ditemani lelaki itu, Ahjung tak merasakan sakit lagi dan suhu tubuhnya yang semalam sangat tinggi mulai kembali normal.

Tubuh lelaki itu menggeliat, namun tak merubah genggaman tangannya pada Ahjung. Ketika matanya disilaukan cahaya mentari, ia langsung tersadar dari rasa kantuk yang masih menyelimutinya.

Astaghfirullahaladzim…” ia telah melewatkan sahur serta shalat subuhnya.

Waeyo, Oppa?”

Gadis itu bangkit dari posisinya bersamaan dengan beranjaknya Chanyeol dari tempat tidurnya.

“Apa kau sudah merasa baikan?” tangan Chanyeol menyentuh dahi Ahjung untuk menjawab pertanyaannya sendiri, padahal Ahjung hampir saja mengangguk.

Aku akan selalu baik-baik saja jika kau di sisiku…

“Demammu sudah turun, syukurlah.”

Chanyeol menepuk-nepuk wajahnya sendiri agar tak mengantuk lagi. “Aku akan kembali ke kamarku.”

Gadis itu memandangi kakaknya yang mulai melangkah keluar,

Gomawoyo, Oppa.”

Dan Chanyeol hanya memperlihatkan senyumannya sebagai balasan.

 

♥♥♥

 

Ahjung berjalan di koridor kampusnya seorang diri. Sementara di ujung koridor sana, terlihat Baekhyun yang sedang berjalan ke arahnya. Mereka berpapasan, lelaki itu tersenyum menyapa Ahjung.

Annyeong, Ahjung-ah…”

Ahjung terus berjalan, entah menyadari sapaan Baekhyun atau tidak. Kening Baekhyun mengkerut, tidak biasanya gadis itu mengabaikannya seperti ini.

Baekhyun berjalan mengikuti Ahjung. Gadis itu melangkahkan kakinya ke taman kampus mereka. Selama Baekhyun memperhatikannya dari jauh, selama itu pula Ahjung terlihat duduk melamun di bangku taman. Terkadang, pandangan gadis itu tertuju pada buku kecil yang dipegangnya diantara buku-buku tebal pegangan sastranya.

“Ahjung-ah, kau sedang apa?” tanya Baekhyun setelah menghampiri dan duduk di samping gadis itu.

“Eoh, Baekhyun Oppa… ah, aku hanya sedang menikmati angin.” Jawab Ahjung sambil menyembunyikan sorot matanya yang terlihat sendu.

Lelaki itu tersenyum memandangi Ahjung, adik dari Park Chanyeol yang sudah sejak lama mengisi relung hatinya namun sayangnya lelaki itu tak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan perasaannya.

“Jika sudah tidak ada lagi yang mau mendengarkanmu, kau bisa datang padaku kapan saja. Aku akan selalu mendengarkanmu, Ahjung-ah.”

“Apa Tuhan benar-benar tak mengijinkan kita mencintai seseorang yang bukan hambanya?”

“Ye?” Baekhyun seolah meminta Ahjung untuk mengulang pertanyaannya. Apa ia tak salah dengar?

“Apa jatuh cinta pada seorang yang tidak seiman dengan kita adalah suatu kesalahan, Oppa?” tanya Ahjung lagi. gadis itu sudah tak bisa menyembunyikan kesedihan dari manik matanya.

Baekhyun menepuk pelan dadanya, merasa sesak saat menyadari Ahjung telah jatuh cinta pada lelaki lain. Baekhyun seiman dengan Ahjung, Ahjung jelas tidak sedang membicarakannya.

“Entahlah, aku bingung harus menjawab apa.” Ungkap lelaki itu dengan senyuman pahitnya. “Yang aku tahu, Tuhan menyuruh kita mencari jodoh yang seiman agar bisa bersama-sama membina rumah tangga yang diberkati roh kudus.”

Airmata Ahjung menetes.

“Kalau aku terlanjur mencintainya, lalu apa yang harus kulakukan?”

“Kenapa kau bisa mencintai lelaki yang tidak seiman? Sedang lelaki yang seiman denganmu dan mengharapkanmu mungkin sedang menunggumu di luar sana. Kenapa kau harus membuang-buang waktu hanya untuk cinta yang sia-sia?”

Mendengar itu, Ahjung seperti ditampar keras-keras oleh Baekhyun. ia sadar, kata-kata Baekhyun benar. Ia yang salah, dan sialnya, ia tak mau keluar dari kesalahannya itu.

“Demi Tuhan, siapapun lelaki itu, kau harus melupakannya, Ahjung-ah.”

Melupakannya? Tidak mungkin. Bagaimana bisa kau melupakan orang yang selalu menemani keseharianmu dan jelas-jelas selalu ada di depan matamu?

Mianhae, Oppa. Aku harus pergi.” gadis itu mengusap sisa airmatanya. “Terimakasih sudah mau mendengarkanku.”

Baekhyun menatap nanar punggung Ahjung yang bergerak menjauh. Sepertinya tidak ada lagi kesempatan bagi Baekhyun untuk mencintai gadis itu, dengan melihat airmatanya saja, Baekhyun sudah dapat menebak dengan tepat kalau Ahjung sangat mencintai lelaki yang sama sekali bukan dirinya.

Saranghae, Ahjung-ah.”

 

♥♥♥

 

Oppa…”

“Hmm?” Chanyeol tak berpaling dari buku bacaannya. Ahjung terus meremas ujung bajunya, gugup.

“Aku ingin belajar membaca AlQur’an, tapi aku tak bisa membaca huruf arabnya.”

Kali ini, Chanyeol memalingkan wajahnya ke arah Ahjung yang menunduk. “Kenapa tiba-tiba… apa yang membuatmu ingin belajar membaca AlQur’an?”

“Aku mahasiswi jurusan sastra, setidaknya aku ingin bisa belajar bahasa lain selain korea dan inggris.” Jawaban paling instan yang terpikirkan oleh Ahjung. Alasan sebenarnya tentu bukan itu.

“Tentu saja akan kuajarkan. Apa aku pernah berkata tidak untukmu, Ahjung-ku?” lelaki itu mengelus rambut adiknya penuh kasih sayang, sementara si empunya kepala mengeluarkan senyuman andalannya yang sangat ampuh meluluhkan hati Chanyeol.

Oppa, apa kau pernah berpikir untuk mencintaiku?”

“Aku tidak perlu memikirkannya lagi, aku selalu mencintaimu.” Ucap Chanyeol sambil memeluk erat tubuh kecil Ahjung. Meski gadis itu tahu ‘cinta’ yang dimaksud Chanyeol tidak sama dengan yang ia maksud, ia tetap tersenyum setelah mendengarnya. Mendapat pelukan hangat seperti ini dari seorang Park Chanyeol, Ahjung seakan tak membutuhkan siapa-siapa lagi di dunia ini. cukup, Chanyeol saja.

“Aku juga, selalu mencintaimu.”

 

―flashback―

 

Oppa! Huhuhu… Oppa!” Ahjung kecil menangis memanggil kakaknya setelah terjatuh dari sepeda dan terluka. Padahal biasanya, anak-anak berumur 5 tahunan seperti dirinya kebanyakan memanggil ibunya saat menangis. Tapi dalam kasus Ahjung, tak ada yang dapat menggantikan posisi Chanyeol.

Chanyeol yang semula hanya duduk di bangku taman rumah mereka kemudian berlari menghampiri Ahjung yang menangis. Dasar anak manja, Ahjung malah menangis semakin keras agar mendapat rasa kasihan Chanyeol. Padahal tanpa perlu bertingkah seperti itu pun, Chanyeol akan selalu mempedulikannya.

Neo jinjja pabboya! (Kau benar-benar bodoh!), berhentilah menangis!” walaupun terdengar seperti membentak, anak lelaki 9 tahun itu tetap terlihat khawatir.

“Sakit… huhuhu.”

Luka lecet di siku, di dengkul, serta di kening cukup untuk membuat Ahjung terus menangis. Chanyeol menghapus airmata Ahjung, matanya lalu menatap mata Ahjung seolah berkata ‘jangan menangis lagi, aku di sini’ yang sukses membuat Ahjung terdiam dalam isakannya.

“Sudah kubilang jangan mengayuhnya cepat-cepat, kenapa kau nakal sekali? Jadinya seperti inikan! Setelah terluka seperti ini kau mau mengulanginya?”

Ahjung menggeleng,

Mianhae, Oppa. Ahjung janji tidak akan mengulanginya lagi.” ucap gadis kecil itu terseguk-seguk.

“Baguslah.” Lelaki itu memutar arah tubuhnya, memberi punggungnya untuk Ahjung naiki. “Sekarang, naiklah ke punggungku!”

Gadis kecil itu naik ke punggung kakaknya dan melingkarkan tangan ke leher sang kakak. Punggung hangat kakaknya mampu membuatnya merasa tenang, Ahjung suka itu.

Oppa, janji ya jangan beritahu Eomma dan Appa tentang ini?”

“Hmmm… bagaimana ya?”

Oppa, jebal!” rengek Ahjung dalam gendongan Chanyeol.

Chanyeol tertawa geli, “Hahah, arasseo! Arasseo!”

“Lalu jika Eomma dan Appa melihat lukamu bagaimana? Apa yang harus kukatakan?”

Ahjung terlihat berpikir keras.

“Aku tidak akan keluar dari kamar sampai lukaku hilang! Tenang saja!”

“Cih, pabbo!” ingin sekali rasanya Chanyeol menjitak kepala bodoh adiknya itu, pikirannya benar-benar dangkal. “Itu akan lebih mencurigakan!”

“Lalu aku harus bagaimana?! Kau selalu saja memanggilku bodoh!” rutuk Ahjung sembari memanyunkan bibirnya.

“Itu berarti, tidak ada jalan lain selain jujur. Berbohong pada orang tua itu dosa, Ahjung-ah! Lagipula, Eomma dan Appa tidak akan memarahimu hanya karena kau terluka. Eomma dan Appa justru hanya akan memberimu nasihat yang baik agar kau tak terluka lagi, mereka kan sayang padamu.” Jelas Chanyeol akhirnya.

Bilang saja kalau tidak mau mendukung rencana bohong Ahjung sejak awal-_-

Arasseoyo, Ahjung tidak akan berbohong pada Eomma dan Appa.” Ucap Ahjung dengan wajah malas. Ia sudah terbiasa kok dengan ceramahan Chanyeol.

“Nah, itu baru, Ahjung-ku yang pintar! Oppa akan membelikanmu es krim setelah ini!”

Jinjja?”

“Tentu saja!”

Yeay! Saranghaeyo, Oppa! Neomu saranghaeyo!”

 

―flashback end―

 

Cinta pertama Ahjung tidak akan pernah berubah. Selalu Chanyeol, dan akan selalu Park Chanyeol.

 

♥♥♥

 

Allahuma lakasumtu, wabika amantu, waala rizkika afthartu, birahmatika ya arhamar rahimin.”

Oppa!”

“Uhuk! uhuk!” Chanyeol tersedak. Ahjung mengagetkannya tepat saat ia sedang minum untuk berbuka puasa. Tidak sahur, menahan lapar, dan tersedak saat berbuka puasa. Bagus sekali-_-

“Yak! Ada apa denganmu?! Kau tidak lihat aku sedang minum?!” tanya Chanyeol sewot, Ahjung manyun.

“Puasamu akan batal kalau kau marah-marah seperti itu!”

“Puasaku sudah selesai eoh! jadi aku bebas melakukan ini!”

Pletak!

“Ini!”

Pletak!

“Dan ini!” Pletak! Chanyeol menjitak kepala Ahjung berkali-kali hingga si empunya kepala meringis kesakitan dan semakin memanyunkan bibirnya.

Oppa! Kau benar-benar tak berperikemanusiaan!” ucap Ahjung. Gadis itu hendak menjitak balik kakaknya, namun sayang, tinggi badannya tak mendukung.

“Balas ini! balas ini!” lelaki itu sengaja menundukkan kepalanya, meledek ahjung yang tak bisa menjitaknya karena terlalu tinggi.

“Ah! Ah! Aw!” jerit Chanyeol setelah Ahjung benar-benar membalas jitakannya dengan keras.

“Rasakan itu!”

Ahjung menjulurkan lidahnya dan berlari. Dua kakak beradik itu berkejar-kejaran ke setiap sudut ruangan di rumah mereka, tak peduli sang ibu berteriak menyuruh mereka untuk berhenti. Mereka seperti kembali ke masa kanak-kanak mereka yang mengasyikan.

BRUK!

Mata Chanyeol dan Ahjung seketika membulat sempurna. Ayah Ahjung yang tak lain adalah ayah tiri Chanyeol tiba-tiba saja jatuh pingsan saat hendak keluar kamar. Pria paruh baya itu memang diketahui sering sakit-sakitan akhir-akhir ini.

Appa! Appa! Sadarlah! Appa! Ahjung mohon!” Ahjung terus menangis saat ayahnya dibawa ke rumah sakit. Chanyeol memandang sang ibu, wajah ibunya pucat pasi, sama seperti saat ayah Chanyeol meninggal, ibunya tak pernah bisa menangis.

Oppa, Appa akan baik-baik saja kan? Appa akan cepat sadar kan?”

Chanyeol mencoba menenangkan adiknya dengan pelukan erat. Lelaki itu tak berkata apa-apa, ia hanya membiarkan Ahjung menangis dalam pelukannya. Ahjung masih beruntung, di saat seperti ini, ada Chanyeol yang setia mendampinginya. Saat ayah Chanyeol kritis karena kecelakaan, Chanyeol menangis sendirian tanpa ada tempat untuk bersandar. Ibunya selalu menghilang di saat ia membutuhkan sosoknya.

Chogiyo…” Dokter yang memeriksa kondisi ayah Ahjung menghampiri Chanyeol yang masih memeluk Ahjung.

“Apa anda yang bernama Park Chanyeol?”

Chanyeol mengangguk, mengiyakan pertanyaan dokter itu.

“Ayah anda sudah siuman, dan ingin bertemu dengan anda. Beliau bilang, ada yang ingin beliau katakan.”

Ahjung menunggu dan mengintip di kaca pintu ruang rawat ayahnya dengan mata sembab, sementara Chanyeol mulai duduk di samping ranjang ayah tirinya.

“Chanyeol-ah…”

Ne, Ahjussi?”

Ayah Ahjung tersenyum lemah, “Sudah 20 tahun lebih… dan kau masih tidak mau memanggilku ayah. Ayahmu pasti tidak dapat tergantikan begitu saja oleh orang sepertiku kan?”

Chanyeol menunduk.

“Aku tahu, aku tak pantas mengatakan ini. tapi jujur, aku menyayangimu seperti darah dagingku sendiri. Dan sebelum Tuhan memanggilku, ingin rasanya aku melihatmu tersenyum bahagia di pelaminan dengan wanita yang kau cintai.”

“Menikahlah, Chanyeol-ah.”

Kepala lelaki itu terangkat, menatap sosok ayah ahjung dengan tatapan tak percaya. Ia jelas tak salah dengar, ayah tirinya seolah menjadikan pernikahan Chanyeol sebagai permintaan terakhir.

“Aku ingin melihatmu tersenyum bahagia sebelum Tuhan mencabut nyawaku. Menikahlah dengan wanita yang kau cintai. Siapapun gadis itu, aku tahu pilihanmu tak pernah salah.”

“Baiklah, Appa.”

Saat itu, untuk pertama kalinya Chanyeol memanggil ayah Ahjung dengan panggilan ayah. Pria paruh baya itu meneteskan airmata bahagianya karena pada akhirnya Chanyeol mau memanggilnya ayah.

“Terimakasih, Chanyeol-ah.”

 

♥♥♥

 

To be continued

Tinggalkan komentar